Komodo


Deburan ombak menggulung pelan ke arah Komodo yang sedang menikmati menu yang sangat lezat di atas meja bersama kawan-kawannya. Malam ini mereka berpesta di pinggir pantai. Tempat itu indah menurut mereka, karena di sana hawa laut menyejukkan. Komodo dengan serius melahap makannannya. Dia sangat lapar. Dengan rakusnya dia menikmati hidangan tersebut. Para hewan lainnya memakan sambil menikmati konser musik dari jangkrik yang melantunkan melodi-melodi indah. Ayam melepas makanannya dan mulai menari diikuti oleh Srigala yang meliuk-liukkan badannya.
“ Hai Komodo, ayo kita menari” Ajak Ayam mulai mendekati Komodo.
“ Ah...saya masih makan, engkau mengganggu saja” Kata Komodo kesal. Ayam menjadi malu saat dibentak seperti itu.
“ mengapa akhir-akhir ini engkau tidak ingin bergabung dengan kami? Engkau makin menyendiri, makin menjauh?” Tanya Srigala penuh keingintahuan.
“ Aku tidak ingin berteman dengan kalian, aku malu punya teman seperti kalian” Kata Komodo mulai meninggalkan meja makannya.
“ Apa kesalahan kami komodo, selama ini kita bersahabat baik, tetapi mengapa engkau berkata seperti itu?” Protes Ayam.
“Perlu kalian tahu, aku sangat malu punya sahabat seperti kalian. Tidak berguna.” Komodo melangkah dengan angkuh mulai meninggalkan dua sahabatnya.
“ Apakah karena sekarang kamu sudah terkenal oleh dunia sehingga kamU melupakan kami komodo?”Tanya srigala. Dengan santai Komodo membalikkan badannya.
“ Hahahahha...itu engkau tahu. Mengapa masih bertanya?” Kata Komodo dengan suara yang meledak-ledak. Entah apa yang membuatnya begitu marah.
“ Sombong sekali kau komodo, mentang-mentang sekarang engkau menjadi terkenal di pelosok dunia, engkau mengabaikan kami sahabat-sahabatmu.”Kata Srigala dengan kecewa.
“ Sudahlah, saya mau istirahat. Besok pasti ada yang akan mengunjungiku. Aku harus tampil menawan besok.” Komodo meninggalkan sahabatnya yang masih terpaku menatap kepergiannya. Mereka pun kembali ke tempat mereka dengan langkah yang tak menentu. Mereka sangat kecewa dengan sikap komodo belakangan ini. Ini mulai angkuh saat dia mulai dikunjungi banyak orang dari pelosok dunia.
Malam semakin larut, pesta yang diadakan di pinggir laut mulai sepi. Semua yang menikmati pesta mulai pulang ke rumah beristirahat. Tidak terkecuali Srigala dan Ayam. Mereka kembali ke rumah mereka untuk beristirahat. Saat akan beristirahat, ayam mulai memikirkan perilaku sahabatnya komodo yang mulai angkuh. Ketika matanya terpejam...tiba-tiba dia mendengar gemerisik dedaunan di samping rumahnya. Dia takut, jangan-jangan ada yang berniat jahat padanya malam ini. Dia bangun perlahan dan mencari potongan kayu di samping tempat istihatnya.
Suara gemerisik itu semakin jelas terdengar, menimbulkan keributan yang membuatnya makin takut. Dia melongok keluar dan melihat ada bayangan hitam dari kejauhan yang mendekati rumahnya. “ Siapa di sana? Jalannya seperti terseok-seok” Kata Ayam pelan. Bayangan itu makin lama makin dekat. Dia mulai resah dan mulai merinding. Apakah di sana hantu? Bayangan itu mendekat, yang dilihat adalah kepalanya, kepala yang begitu dikenalnya. Itu kan Komodo. Dia seperti kesakitan saat berjalan. Ada apa? Dia mulai mendekati sahabatnya yang kesakitan.
“ Ada apa Komodo, apakah engkau sakit?” Tanya Ayam yang mulai mengabaikan sikap pongah dari komodo di pesta tadi.
“ Aku terperosok tadi, dan kakiku mengenai batang kayu tajam di ujung jalan di sana.” Kata Komodo dengan perasaan tidak enak.
“ Ayo, mari aku bantu mengobati lukamu. Aku akan membangunkan srigala agar dia dapat mencari ramuan obat untukmu.” Kata Ayam mulai berdiri ingin memanggil srigala.
“ Tidak usah ayam. Aku sudah kasar pada kalian berdua. Mengapa engkau mau menolongku?”
Kata komodo sambil merintih kesakitan akibat darah yang terus merembes di kakinya.
“ Jangan berkata seperti itu. Dari dulu kita adalah sahabat. Sampai kapanpun kita tetap sahabat.” Ayam berkata sambil meninggalkan komodo dan membangunkan srigala yang tempatnya tidak jauh dari situ.
“ Hai srigala, ayo bangun...bangun” Kata Ayam sambil menggoncangkan tubuh Srigala.
“ Hemmmmm...hemmmm...ada apa Ayam?” Tanya srigala yang masih ngantuk.
“ komodo sedang terluka. Ayo kita bantu dia. Kamu kan ahli meracik obat. Ayolah...”
“ Ahhhh...mengapa kita harus membantunya, dia sudah bersikap kasar pada kita.” Protes Srigala.
“ Jangan seperti itu srigala. Dulu dia sahabat baik kita,mungkin karena ketenarannya dia gelap mata. Kamu tidak boleh dendam.”
“ Aku tidak akan membantunya, dia sudah membuat kita malu di hadapan teman lainnya di pesta tadi” Srigala bermaksud melanjutkan tidurnya.
“ Tidakkah engkau ingat dahulu teman, komodo pernah membantu engkau saat engkau dikejar oleh pemburu yang ingin memusnahkanmu? Dia berjuang sampai dia terluka.”
Srigala terdiam mendengar apa yang disampaikan ayam. Mungkin benar juga. Ahhhhh.....ayam mampu membuatnya luluh. Dia pun bangkit dan mulai mendekati komodo yang masih kesakitan.
“ Komodo, mari kuobati lukamu.” Tawar srigala.
“ Srigala, maafkan sikapku yang kasar tadi. Aku janji tidak akan mengulanginya.” Kata komodo merangkul srigala.
“ ya...aku memaafkan engkau. Mulai sekarang kita tidak boleh saling mencela lagi.”
“ ya, aku janji” kata komodo.
Akhirnya ketiga sahabat itupun berpelukan dan srigala mulai mengobati kaki komodo yang tertusuk potongan kayu.


Kupersembahkan tulisan ini untuk dua pengeran tampanku dan anak-anak kecil siapa saja.
“Jika cerita anak mulai mati tergerus zaman, maka aku akan kembali menghidupkannya”

Penulis : Agustina Bate
Guru SMPK. St. Agustinus Langa
Tinggal di Langa

Yohanes


Nama itu...
Ya, nama itu...
Yang tidak peduli pada peluh yang berkejaran mengalir melekat pada pakayan merah yang lusuh
Nama itu...
Yang telah mengukir senyum di bibir
Nama itu
Yang tidak peduli pada petang yang menggiring malam...
Nama itu...
Yang tidak peduli pada kaki yang ditusuki bayi ilalang yang menerobos lewat induknya...
Nama itu yang tidak peduli pada goresan luka di jemari, yang tidak peduli pada cucuran darah yang menetes dan mengental....
Nama itu...
Nama ayahku, ayah yang tlah mengisi jejak di di tiap barisan perjuangan...
Nama itu....
Yohanes...
Trimakasih tlah jadi inspirasi yang tak pernah usang dimakan usia...


Penulis : Agustina Bate
Guru SMPK St. Agustinus Langa
Tinggal di Langa

Hilang



Ayam jantan mengusikku dari buaian mimpi. Masih dingin, rasanya tidak sanggup berdiri karena dinginnya udara pagi ini. Mungkin bukan hanya pagi ini. Setiap hari dingin itu selalu menghantui insan yang menetap di kota kecil yang dikenal dengan Bajawa. Yah, julukan kota dingin, memang tepat, aku rasa itu benar. Saat aku berusaha membuka mata, kedua cicak dengan pongahnya berjalan begitu angkuh, mungkin mereka meledekku atau mungkin karena mereka telah mendapatkan nyamuk yang tadi malam bernyayi dengan suara sopran  tinggi di telingaku? Ah entahlah...
“ Bangun, sudah pagi” Sapaan yang khas dari wanita hebat sepanjang masa yang kupanggil mama.
“ Ia Mama, sedikit lagi.” Kataku dengan malas. Ayam-ayam ku dengar berebutan mencotok biji jagung yang diberikan oleh mama. “Ah ayam, masih pagi engkau begitu rakus” Kataku dalam hati.
Aku bangun dan merapikan tempat tidurku. Jarum jam seolah berlari, saling berkejaran. Saat aku keluar, aku berharap mentari sudah memancarkan sinarnya yang gagah, namun aku makin kesal saat aku tahu awan sengaja menghalangi cantiknya mentari pagi ini.
Pagi ini, meski agak berat aku tetap pada rencanaku untuk mendaki bukit. Sudah lama aku tidak ke sana. Empat tahun kuhabiskan waktu mengejar mimpi di kota pelajar Ende. Kini rasa rinduku pada aroma rerumputan, pada desiran air yang mengalir, pada kicauan pipit yang bersembunyi di balik semak, pada Ibu gunung yang ku sebut Inerie. Aku rindu semuanya.
“ mau ke mana?” Tanya mama.
“ ke Watunariwowo mama, rindu mau ke sana” kataku pelan.
“ Tidak minum dulu?” tawaran yang menggiurkan. Apalagi aroma kopi Bajawa yang menggoda masuk ke hidungku. Tetapi segera ku tepis. Aku putuskan mengisi kopi yang sudah dibuatkan mama ke termos kecil yang bisa di bawa kemana-mana. Ku pakai ransel, dan akupun segera pergi. Mamapun tak lagi berkata banyak. Dia tahu aku suka ke sana, karena di sana aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam. Kadang ku duduk menulis sambil memandangi sapi-sapi yang memakan rumput segar dengan rakusnya.
Aku percepat langkahku, sepertinya sepi. Mungkin masih pagi. Langkahku semakin ku percepat. Aku tak peduli pada lelah, aku tak peduli pada letihnya tanjakan ini. Rasa rinduku mempercepat langkahku pada tempat yang telah memberiku inspirasi.
Saat langkahku semakin ku percepat, rasanya ada keanehan. Rasanya semua telah berubah. Bahagia  seketika berubah menjadi duka. Saat ku lihat pepohonan yang telah mengering, rerumputan menghitam, tanah menjadi panas meski masih pagi.
“ Siapa yang melakukan ini?” Kataku dalam hati
Seketika air mataku mengalir  perlahan. Kupegangi rerumputan yang tlah berubah menjadi abu. Ini baru dibakar tadi malam, karena rerumputan ini masih hangat di tanganku.
Aku termangu, duduk tak bersuara. Seolah aku jadi bisu sementara waktu. Keindahan ini, apakah mereka tak menyadarinya? Tanyaku dalam hati. Aku seolah mengutuk perbuatan mereka yang sengaja merusak tempat favoritku saat aku pulang dari tempat yang jauh.
Hembusan angin tak terasa segar, asap yang masih mengepul membawaku pada perasaan kecewa. Aku hanya mendekat, dan mematikan api yang tersisa. Lama aku berdiri. Tak ada yang bisa kutulis di diary yang biasanya kubawa di tempat ini. Aku melangkah mencoba mencari tempat yang nyaman. Aku tak menemukannya. Pepohonan kering, rumput yang menghitam, asap yang masih mengepul menjadi pemandangan yang sungguh menyakitkan.
Ku keluarkan ponsel dari dalam ranselku, dengan kesal dan air mata yang menetes ku ambil gambar di sekelilingku dan ku posting ke facebook. Ku sengaja menamai unggahanku dengan derai air mata.
Baru satu menit kuposting, sebuah komentar muncul di sana “ kasihan” Itu saja. Kalimat itu seolah membuatku bertanya-tanya atau mungkin juga meledekku. Kasihan pada semua yang lenyap oleh si jago merah, atau kasihan padaku yang kehilangan tawa saat menyaksikan ini semua?”
“ Apa makdunya?” Balasku.
“ Hanya kasihan saja, pada kamu dan pada tempat favoritmu.” Kalimat balasan ini membuatku tak mampu menahan gejolak amarah yang tidak bisa kubendung.
“ Aneh! “ Jawabku singkat. Tak ada balasan lagi. Apa mereka tertawa di sana melihat ini? Atau mereka berpura-pura simpati terhadap ini? Ah...entahlah, akupun meninggalkan bukit yang menjadi tempat favoritku itu. Dengan langkah gontai, aku menapaki rerumputan yang tlah lenyap menjadi abu. Di sana tapak kakiku seolah mulai tersapu duka. Angin sesekali menggoda dedaunan yang tlah berubah warna menjadi coklat, sementara burung pipit terbang meninggalkan pepohonan dan mulai berkelana mencari persinggahan yang baru.

Penulis : Agustina Bate
Guru SMPK St. Agustinus Langa
Tinggal di Langa

Selamat Jalan paman Stefanus Laja Kury

Akan tiba saatnya dimana ingatan kita akan semakin pudar tentang sebuah kenangan indah yang pernah dilalui. Akan semakin banyak ruang itu diisi dengan aktivitas baru, orang orang baru dan rindu yang baru. Rindu yang lama akan hadir secuil saja karena kau tak mampu mengingat secara  akurat.  Makanya menulis adalah sebuah tindakan baik untuk keabadian.  Dan saya melakukan ini untuk mengabadikan bahwa sosok Pria Dewasa bernama Stefanus Laja Kury pernah ada di bumi ini dan tinggal bersama dengan orang orang yang bahagia selama 43 tahun.
Atau juga, tulisan ini minimal akan berguna kalau Onel Neto, Liana Ripo, Nadin anu, Melati Anu, Delon Bota, Elkin Raja dan kawan sebayanya membaca kembali di puluhan tahun yang akan datang. Bahwa Stef Laja pernah sangat mencintai mereka dengan sepenuh jiwa. Dan saya percaya mereka akan percaya bahwa ini bukan hoax.
Saya memulai dengan potongan lirik lagu Letto yang berjudul  “Memiliki Kehilangan”.
Pernahkah kau mengira kalau dia kan sirna
Walau kau tak percaya dengan sepenuh jiwa
Rasa kehilangan hanya akan ada
 jika kau pernah merasa memilikinya

Potongan lagu ini sangat sesuai dengan semua mereka yang pernah memiliki sosok Stef Laja demikian dia sering disapa.
Dia putra asli Langa yang memiliki segudang talenta. Setiap pekerjaan yang melibatkan dirinya tentu akan berakhir dengan sangat sempurna. Stef akan sangat detail memperhatikan seluruh komponen yang berkaitan dengan suatu moment yang ia juga terlibat. Saya memulai dari rumah.  Di rumah, semua perkakas dapur  lebih lengkap dari perkakas dapur milik ibu ibu yang jago masak diseantero Langa. Bahkan perkakas itu didatangkan langsung dari luar Flores. Kalau masak? Soal ini jangan ragu. Perkakas saja elit apalagi menu masakannya. Mau lokal sampai luar negeri dia pasti bisa. Ini semua didukung karena dia suka baca dan suka juga untuk praktek.  Dan, saya tentunya yang  ambil bagian untuk mencoba setiap menunya. Tidak hanya orang rumah saja, tetanggapun diajak makan bersama. Dia tidak pelit untuk berbagi.  Itu tentang masak.  Ada lagi tentang seni memperindah dan mempercantik. Dia juga jagonya.  Setiap moment bahagia seperti Sambut baru, Nikah, Ulangtahun dan lainnya pasti dia yang jadi pemilkir sekaligus yang ketua pelaksana. Dan untuk hal yang satu ini, Stef sangat serius dan terperinci.  Jangan coba coba ajak dia untuk  melakukan yang seadanya. Kalaupun yang disiapkan seadanya, dialah yang akan berusaha untuk membuat menjadi luar biasa. Kaupun akan sangat puas begitu pula saya.  Selain itu, dia juga jago untuk jadi master of ceremony. Kalau kau suka pesta, lebih khusus di Langa kaupun tak akan asing dengan sosok beliau.kalau tidak jadi MC ya, dia juga hadir untuk pesta karena dia juga sangat suka pesta.
Stef juga mudah lemah jika ada orang yang datang kepadanya dengan leher miring memohon uluran tangan. Dia akan selalu bilang ada jika ada dan tidak bila tidak ada. Dan itu semua bisa terbaca oleh seluruh tetangganya bahkan umat KUBnya.  Untuk segala bidang yang meilbatkan banyak orang, disitu dia pasti ada. Dia selalu loyal. Untuk diwilayah rohani, Dia juga menjadi ketua, meskipun belum sempat dilantik hingga dia pergi.
Dunia tarik suara, lagi lagi ada dia. Sebuah kelompok paduan suara yang diberi nama ANGEL VOICE ini ada di Langa sudah cukup lama. Dia dan kawan kawan tidak hanya melayani seputar Langa saja namun sampai kebeberapa kabupaten di daratan Flores. Dia selalu tampil sebagai dirigennya. Mereka sangat aktif, selain diisi dengan nyanyian juga ada peningkatan ekonomi  yakni arisan mingguan.  Dan mereka terlihat sangat bahagia. Tapi entahlah, akankah kelompok ini akan tetap ada setelah beliau tak ada. Semua orang tanpa bicara masih mengharapkan mereka ini harus tetap ada.
Entah mengapa, stef seperti punya aura untuk menarik orang mendekat dengannya. Segala usia yang pernah mengenalnya pasti merasa sangat dekat meskipun baru bertemu sekali.  Selain itu, kau pasti pernah tersinggung dengan kata katanya. Dia sangat berani menegur jika kau salah dan itu dia sampaikan setulus hati dengan tujuan untuk membuatmu lebih baik. Dan itu kami merasakan dengan sungguh karena kamipun dia perlakukan sama. Karena dia marah, marah hanya pada moment itu saja dan tidak akan terbawa kemana mana. Setelah itu dia akan melupakan dan akan selalu bahagia dengan kita.
kalau soal berbuat lebih banyak untuk orang lain, memang banyak orang melakukan itu, tapi dia juga selalu lebih banyak juga. Dia  tidak melakukan hanya semampunya tapi lebih.
Apa yang dia sentuh selalu berubah dan indah.
Dengan anak anak seperti yang saya sebutkan satu persatu diatas.  Mereka seperti lebih mencintai stef daripada orangtuanya. Mereka selalu menyapanya “ Opa Fanus”. Karena memang opa Fanus membuat mereka sangat nyaman.  Mereka selalu menanti Opa fanus akan pulang bawa buah tangan dan itu selalu ditepati.  Yang tidak bisa diatasi orangtuanya pasti ditangan Opa Fanus semuanya beres. Bahkan setiap barang milik opa Fanus sangat mereka hafal. Ketika mereka menangispun bisa didiamkan dengan cara pura pura memanggil nama Opa Fanus. Sungguh. Kadang tidak mudah percaya tapi ini nyata. Anak anak lainpun, dia perlakukan sama tanpa memandang siapa mereka.
Orang muda juga tidak sedikit  yang dekat dengan dia. Kadang diam diam mereka sangat mengaguminya. Dan dia juga sangat benci dengan orang muda yang mati gaya alias tidak suka bergabung dengan orang lain. Apalagi kalau orang muda tersebut memiliki pendidikan tinggi. Kadang dia selalu mengingatkan bahwa “ selagi kamu masih muda, lakukanlah banyak hal untuk orang lain, karena orang tidak akan lihat wajahmu cantik, ganteng, jelek, keriting atau buruk lainnya tapi orang akan melihat karyamu . Jadi orang muda harus kreatif.
Menjelang kepergianya, Stef tidak banyak mengeluh tentang sakitnya. Bahkan kepada keluargapun. Di  Rumah sakitpun, dia berusaha tampil baik baik saja. Sampai nafas terakhirnyapun dia seperti tidak menginginkan.
Ini kisah tentang dia yang saya tulis dan maaf tidak sedetail  yang diinginkan. Tapi lebih dari itu banyak kisah yang ada disetiap masing masing pribadi yang pernah mengenalnya. Karena hanya paman Stef dan saya begitupula hanya paman Stef dan dirimu yang menorehkan lebih banyak kisah yang tak mampu dilukiskan dengan kata kata.
Kita semua sama sama percaya bahwa Hidup paman Stef itu hanyalah diubah bukan dilenyapkan. Meskipun kita hanya memiliki rasa kehilangan.
Paman Stefanus Laja Kury meninggal di RSUD Bajawa 28 Agustus 2018.
Selamat jalan paman Stef, kami akan selalu merindukanmu.

Jack Si Anjing Pencinta Damai dari Langa










Mungkin ada yang pernah dengar makian dari para orang tua kepada anaknya yang bertingkah kurang memuaskan dengan sindiran seperti ini. 
" woii.... Setiap hari kerjanya hanya makan tidur dan main,  tidak bantu orang tua ini itu,  mendingan kami piara anjing saja,  kelak bisa potong jadi rw atau jual daripada piara kau sama sekali tidak berguna. "
Ya,  mungkin juga ada yang tidak pernah dengar.  Tapi pada umumnya kata-kata diatas sering diperdengarkan di sudut kampung kampung. Seperti di Langa misalnya. Ini jujur. 
Tapi,  saya mau sampaikan,  kalau sampai ada yang bicara seperti diatas dengan membanding bandingkan atau menyebut kata Anjing,dihadapan Mr.  Jack,  siap siap dirimu akan diincarnya. Apalagi dirimu sudah pernah berulangkali melakukan kesalahan dihadapannya,  dia akan gambar wajahmu di otaknya dan menyimpan aroma tubuhmu disetiap celah bulunya. 
Jack tidak akan segan segan menyerangmu. Mungkin saat ini menggigitmu pasti tidak akan terluka karena barisan gigi atas bawah bagian depan darinya sudah lenyap termakan usia. Tapi caranya menyalak dan mengamuk tentu akan membuatmu kalang kabut. 
Saya hanya ingin mengisahkan sejauh yang pernah saya dengar, lihat dan rasakan tentang sosok Jack. 
Si Jack ini bisa juga kamu sapa Zidane jika perjumpa dengannya. 
Dia sering nongkrong dipinggir jalan disekitar kantor desa Bomari. Jika dirimu punya hati yang baik bertemu dengannya,  dia  akan sangat baik denganmu dan bahkan dia akan menciummu. Tapi jika hatimu penuh amarah,  dia tidak akan segan segan mengejarmu juga menyerangmu. Apalagi dirimu sudah pernah menyakitinya,  dia akan memusuhimu sampai kapanmu.  
Bobot tubuh Jack mencapai 40 kg setara dengan berat badan wanita belia yang sedang diet sempurna karena jatuh cinta.  Tingginya selutut pria dewasa.  Bulunya bercorak hitam putih. Dia sepertinya bukan Anjing lokal biasa.  Dia tidak pernah mengambil makanan apapun jika tidak diberikan, bahkan dia akan bertingkah seperti manusia yang menjaga makanan dari anjing.  
Kalau misalkan ada hajatan di sekitar Langa yang masih keluarga dengan pemiliknya,  Jack pasti ada,  dan dia tentunya akan berada disekitar tempat yang menyimpan banyak daging.  Dia akan menyerang para kawanannya yang hendak datang mencuri.  Bobot tubuhnya yang dua kali lebih besar dari anjing lokal memudahkannya untuk menakuti lawan. 
Sampai lupa. Jack itu dilahirkan dirumah bapak Fanci Tiwu,  rumahnya di pinggir jalan jurusan Bajawa - Bena.  Namun Jack yang kelahiran tahun 2004 ini lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor desa Bomari.  Setiap hari dia berkantor disana.  Dia sangat akrab dengan semua aparat desa.  Dia sangat taat perintah dan bahkan memiliki perasaan yang sama persis dengan manusia. Tugasnya mengawasi setiap pergerakan orang yang datang dan pergi.  Jika kamu baru pertama kali kesana,  pasti kamu akan menemui dia sedang tidur persis di depan pintu utama.  Kamu tidak perlu takut.  Kamu bisa melintasi dia tanpa membangunkannya terlebih dahulu. Dia tidak akan mengganggumu selama hatimu baik. 
Selain di kantor desa,  Jack juga menghabiskan banyak waktunya dirumah Piu Liu Paru yang juga aparat desa Bomari. Nama Jack itu diberikan oleh Pius semenjak TVRI menayangkan film yang diperankan oleh Ari Wibowo dengan nama Jack.  Sedangkan Zidane itu nama yang diberikan oleh Pak Fanci yang merupakan pemilik sahnya.  Karena kesehariannya lebih dekat dengan Pius Liu juga aparat Desa,  akhirnya Jack menjadi sebuah nama yang melekat dengan anjing penjaga kantor desa ini. 
Setiap hari,  Jack selalu lari pagi menuju Bajawa dan bahkan mendapat jatah makan di kompleks Kodim. Ternyata disana ada juga orang yang membuatnya nyaman.  Selain itu dia juga akan nongkrong di deker seputaran pasar inpres Bajawa jika ada aparat desa yang sedang ke pasar. Dia tidak pernah menggunakan motor atau mobil untuk transportasi.  Dia selalu berlari untuk datang dan pulang. 
Berikut cerita dari aparat desa Bomari tentang betapa jatuh hatinya kepada Jack si Anjing yang berusia kurang lebih 15 tahun ini. 
Misalnya Pius Liu Paru. Ketika dia akan bertamu kerumah kita,  yang tiba terlebih dahulu adalah Jack dan semua orang pasti bisa menebak bahwa Pius Liu akan datang. Dan ternyata benar. 
Pernah beberapa tahun lalu,  Pius mengurusi keuangan di desa.  Waktu itu dia menyimpan belasan juta uang di kamarnya yang akan siap disetor ke pihak yang berkaitan. Namun karena ada beberapa urusan keluarga di Ruteng,  dia harus berangkat dengan perasaan takut uangnya hilang. Dalam perjalanan di pagi hari,  persis di terminal Watujaji dia bertemu Jack yang baru pulang dari Bajawa. Dia menghentikan motornya dan memanggil Jack. Dia berpesan kepada Jack untuk pulang dan menjaga rumah karena dia menyimpan banyak uang dirumah.  Jack mematuhi perintah dan pulang kerumah. Selama tiga hari Pius berada di Ruteng,  Jack juga berada persis tiga hari dibawah kolong tempat tidur dekat lemari Pius menyimpan uang.  
Katarina istri Pius berpikir Jack sedang sakit hingga makanpun dihantarnya ke kamar. Tiga hari berlalu. 
Setelah sampai dirumah,  Pius memanggil Jack dan spontan Jack berlari menyambut Pius,  mencium dan mengibas ekornya dengan tatapan bahagia. 
Selain itu juga,  Jack kadang bertingkah layaknya seorang anak yang malu dan takut bertemu orang tua karena lama tak pulang kerumah. 
Pernah sekali waktu,  dua hari menghilang dari rumah. Di depan rumah Pius, Jack berdiri terpaku hanya alis matanya saja yang bergerak cepat karena melihat Pius sangat tidak menghiraukan akan kehadirannya. Dia
bertingkah pasrah dengan tatapan penuh iba karena dimarahi Pius. Setelah berdamai,  Jack mencium Pius sangat lama. Dan baru bisa bergerak bebas keluar masuk rumah. 

Ada hal lain juga dibuat Jack untuk Pius. 
Sapi piaraan Pius di kebun pernah terlilit tali dan kalau dibiarkan lebih lama bisa mati.  Jack yang mengetahuinya,  bergegas mencari Pius dirumah,  menggonggong dan menggigit celana Pius sambil menariknya kearah kebun.  Piuspun mengikutinya dan mendapati Sapi sedang membutuhkan pertolongan. 
Kebaikan Jack juga dirasakan Eman Jawa.  
Dia berkisah bahwa pernah sekali waktu,  di kantor desa tersimpan beberapa ton beras yang belum didistribusikan ke masyarakat.  Sehingga tanpa diperintah Jack akan tidur di halaman kantor desa setiap hari.  Pada malamnya,  tetangga yang rumahnya persis disamping kantor desa mendengar Jack menggonggong dan bertingkah tidak biasanya.  Segera dia menelpon Eman untuk mengabarkan.  Sesampainya di kantor desa,  Jack mengginggit celana Eman dan menyeret keliling kantor desa.  Ternyata Eman menemukan jejak orang yang tengah berusaha mencuri beras. 

Jack juga kadang penuh amarah dan dendam.  Pernah ada seorang ibu yang tidak sengaja menyenggolnya.  Jack marah dan mengejar ibu tersebut. Hingga saat ini Jack melihat ibu tersebut sebagai musuh dan tetap mengingat wajah dan jenis motor yang dikendarainya. Dia akan mengejar ibu tersebut jika bertemu kapanpun dan dimanapun. 
Jika hatimu baik,  Jack juga akan sangat baik padamu. 
Tidak hanya dengan manusia,  Jack juga berbaik hati dengan kawanannya. Pernah beberapa kali orang berupaya meracuninya dengan memberikan nasi bungkus dan sepotong roti.  Jack bisa merasa.  Sehingga Jack akan menyatukan potongan roti dan nasi bungkus disatu tempat dan menjaganya jangan sampai ada anjing lain yang datang hendak makan.  Dia akan segera memberitahukan kepada aparat desa yang djumpainya dengan cara menggonggong, menggigit dan menarik celana mereka ke arah yang dituju.  Dia juga akan mengikuti terus hingga benda tersebut dibuang ditempat yang cukup aman. 

Ini sebagian kisah yang bisa saya bagikan.  Jack adalah salah satu kisah nyata tentang seekor Anjing yang setia dan kesetiaannya melebihi batas ruang dan waktu. 
Saya sangat yakin setiap kita memiliki kisah unik dengan mahluk hidup lainnya. 
Ini Kisah Jack dari Langa.

Perlukah Memberhentikan pembangun Jalan Trans Di Bumi Papua

  Jalan Trans Papua adalah jaringan jalan nasional yang menghubungkan setiap provinsi di Papua, membentang dari Kota Sorong di Papua Barat...