Komodo


Deburan ombak menggulung pelan ke arah Komodo yang sedang menikmati menu yang sangat lezat di atas meja bersama kawan-kawannya. Malam ini mereka berpesta di pinggir pantai. Tempat itu indah menurut mereka, karena di sana hawa laut menyejukkan. Komodo dengan serius melahap makannannya. Dia sangat lapar. Dengan rakusnya dia menikmati hidangan tersebut. Para hewan lainnya memakan sambil menikmati konser musik dari jangkrik yang melantunkan melodi-melodi indah. Ayam melepas makanannya dan mulai menari diikuti oleh Srigala yang meliuk-liukkan badannya.
“ Hai Komodo, ayo kita menari” Ajak Ayam mulai mendekati Komodo.
“ Ah...saya masih makan, engkau mengganggu saja” Kata Komodo kesal. Ayam menjadi malu saat dibentak seperti itu.
“ mengapa akhir-akhir ini engkau tidak ingin bergabung dengan kami? Engkau makin menyendiri, makin menjauh?” Tanya Srigala penuh keingintahuan.
“ Aku tidak ingin berteman dengan kalian, aku malu punya teman seperti kalian” Kata Komodo mulai meninggalkan meja makannya.
“ Apa kesalahan kami komodo, selama ini kita bersahabat baik, tetapi mengapa engkau berkata seperti itu?” Protes Ayam.
“Perlu kalian tahu, aku sangat malu punya sahabat seperti kalian. Tidak berguna.” Komodo melangkah dengan angkuh mulai meninggalkan dua sahabatnya.
“ Apakah karena sekarang kamu sudah terkenal oleh dunia sehingga kamU melupakan kami komodo?”Tanya srigala. Dengan santai Komodo membalikkan badannya.
“ Hahahahha...itu engkau tahu. Mengapa masih bertanya?” Kata Komodo dengan suara yang meledak-ledak. Entah apa yang membuatnya begitu marah.
“ Sombong sekali kau komodo, mentang-mentang sekarang engkau menjadi terkenal di pelosok dunia, engkau mengabaikan kami sahabat-sahabatmu.”Kata Srigala dengan kecewa.
“ Sudahlah, saya mau istirahat. Besok pasti ada yang akan mengunjungiku. Aku harus tampil menawan besok.” Komodo meninggalkan sahabatnya yang masih terpaku menatap kepergiannya. Mereka pun kembali ke tempat mereka dengan langkah yang tak menentu. Mereka sangat kecewa dengan sikap komodo belakangan ini. Ini mulai angkuh saat dia mulai dikunjungi banyak orang dari pelosok dunia.
Malam semakin larut, pesta yang diadakan di pinggir laut mulai sepi. Semua yang menikmati pesta mulai pulang ke rumah beristirahat. Tidak terkecuali Srigala dan Ayam. Mereka kembali ke rumah mereka untuk beristirahat. Saat akan beristirahat, ayam mulai memikirkan perilaku sahabatnya komodo yang mulai angkuh. Ketika matanya terpejam...tiba-tiba dia mendengar gemerisik dedaunan di samping rumahnya. Dia takut, jangan-jangan ada yang berniat jahat padanya malam ini. Dia bangun perlahan dan mencari potongan kayu di samping tempat istihatnya.
Suara gemerisik itu semakin jelas terdengar, menimbulkan keributan yang membuatnya makin takut. Dia melongok keluar dan melihat ada bayangan hitam dari kejauhan yang mendekati rumahnya. “ Siapa di sana? Jalannya seperti terseok-seok” Kata Ayam pelan. Bayangan itu makin lama makin dekat. Dia mulai resah dan mulai merinding. Apakah di sana hantu? Bayangan itu mendekat, yang dilihat adalah kepalanya, kepala yang begitu dikenalnya. Itu kan Komodo. Dia seperti kesakitan saat berjalan. Ada apa? Dia mulai mendekati sahabatnya yang kesakitan.
“ Ada apa Komodo, apakah engkau sakit?” Tanya Ayam yang mulai mengabaikan sikap pongah dari komodo di pesta tadi.
“ Aku terperosok tadi, dan kakiku mengenai batang kayu tajam di ujung jalan di sana.” Kata Komodo dengan perasaan tidak enak.
“ Ayo, mari aku bantu mengobati lukamu. Aku akan membangunkan srigala agar dia dapat mencari ramuan obat untukmu.” Kata Ayam mulai berdiri ingin memanggil srigala.
“ Tidak usah ayam. Aku sudah kasar pada kalian berdua. Mengapa engkau mau menolongku?”
Kata komodo sambil merintih kesakitan akibat darah yang terus merembes di kakinya.
“ Jangan berkata seperti itu. Dari dulu kita adalah sahabat. Sampai kapanpun kita tetap sahabat.” Ayam berkata sambil meninggalkan komodo dan membangunkan srigala yang tempatnya tidak jauh dari situ.
“ Hai srigala, ayo bangun...bangun” Kata Ayam sambil menggoncangkan tubuh Srigala.
“ Hemmmmm...hemmmm...ada apa Ayam?” Tanya srigala yang masih ngantuk.
“ komodo sedang terluka. Ayo kita bantu dia. Kamu kan ahli meracik obat. Ayolah...”
“ Ahhhh...mengapa kita harus membantunya, dia sudah bersikap kasar pada kita.” Protes Srigala.
“ Jangan seperti itu srigala. Dulu dia sahabat baik kita,mungkin karena ketenarannya dia gelap mata. Kamu tidak boleh dendam.”
“ Aku tidak akan membantunya, dia sudah membuat kita malu di hadapan teman lainnya di pesta tadi” Srigala bermaksud melanjutkan tidurnya.
“ Tidakkah engkau ingat dahulu teman, komodo pernah membantu engkau saat engkau dikejar oleh pemburu yang ingin memusnahkanmu? Dia berjuang sampai dia terluka.”
Srigala terdiam mendengar apa yang disampaikan ayam. Mungkin benar juga. Ahhhhh.....ayam mampu membuatnya luluh. Dia pun bangkit dan mulai mendekati komodo yang masih kesakitan.
“ Komodo, mari kuobati lukamu.” Tawar srigala.
“ Srigala, maafkan sikapku yang kasar tadi. Aku janji tidak akan mengulanginya.” Kata komodo merangkul srigala.
“ ya...aku memaafkan engkau. Mulai sekarang kita tidak boleh saling mencela lagi.”
“ ya, aku janji” kata komodo.
Akhirnya ketiga sahabat itupun berpelukan dan srigala mulai mengobati kaki komodo yang tertusuk potongan kayu.


Kupersembahkan tulisan ini untuk dua pengeran tampanku dan anak-anak kecil siapa saja.
“Jika cerita anak mulai mati tergerus zaman, maka aku akan kembali menghidupkannya”

Penulis : Agustina Bate
Guru SMPK. St. Agustinus Langa
Tinggal di Langa

1 comment:

Perlukah Memberhentikan pembangun Jalan Trans Di Bumi Papua

  Jalan Trans Papua adalah jaringan jalan nasional yang menghubungkan setiap provinsi di Papua, membentang dari Kota Sorong di Papua Barat...