Setiap perjalanan yang saya lalui sepanjang karir nafas hidup di atas roda dua. Ada banyak kenangan indah yang disuguhkan alam maupun keramahan orang - orang yang sempat berjumpa. Sepanjang itu pula, perjalanan yang kadang membuat saya berhenti sejenak untuk tidak percaya sepenuhnya pada fakta yang di temui. Melainkan mesti mendengar juga narasi - narasi lain yang bisa saja membuat semuanya menjadi lebih nyata ataupun buram. Narasi - narasi itu bisa saja muncul dari tanggapan mereka yang lebih memahami persoalan setelah membaca tulisan ini.
Selain suguhan alam yang indah dan keramahan orang - orang sederhana yang memberi dari kekurangan, saya menjumpai banyak situs - situs yang sudah lama hilang dan bahkan sengaja dilupakan. Situs ini bukan peninggalan leluhur ataupun sisa fenomena alam. Situs ini adalah situs modern. Situs yang hampir ada di semua kecamatan yang pernah saya kunjungi.
Selain suguhan alam yang indah dan keramahan orang - orang sederhana yang memberi dari kekurangan, saya menjumpai banyak situs - situs yang sudah lama hilang dan bahkan sengaja dilupakan. Situs ini bukan peninggalan leluhur ataupun sisa fenomena alam. Situs ini adalah situs modern. Situs yang hampir ada di semua kecamatan yang pernah saya kunjungi.
MCK Umum Watulajar
Bangunan - bangunan yang telah menjadi situs ini dibiarkan terlantar dan bahkan menghabiskan ratusan juta uang rakyat untuk setiap unitnya. Total nilai bangunan itu sampai ratusan miliar rupiah kalau dihitung semua untuk satu kabupaten, tetapi tidak pernah dimanfaatkan. Pemerintah atau penanggung jawab proyek asal bangun atau sekadar memenuhi syarat formal tanpa ada kajian yang mendalam dari sisi kebutuhan masyarakat.
Bangunan tersebut misalnya MCK UMUM yang ada di desa Lengkosambi Utara kecamatan Riung. Letaknya persis sebelah kanan jalur masuk ke tempat wisata Pantai Watulajar. Entah kapan mulai dibangun tapi yang pasti usianya sudah lebih dari lima tahun. Sejak 2013 lalu,saya datang ke tempat ini, MCK Umum ini pintu gerbangnya tidak pernah di buka dan bahkan masih sama hingga 13 Juli 2020 kemarin. Pintu gerbangnya sudah ditutup dengan rumput liar dan bahkan besi nampak tua dan lelah alias berkarat. Beberapa bak penampung air sudah hilang dari tempatnya, saya menduga sudah ada yang mencurinya.
Bagi saya, MCK umum di tepi pantai Watulajar ini dibangun tanpa perhitungan.
Sebetulnya, ini bisa menjadi sangat bermanfaat bila melalui analisis juga melibatkan warga setempat dalam mengambil keputusan. MCK umum ini merupakan sarana umum yang digunakan bersama oleh beberapa keluarga untuk mandi, mencuci dan buang air dilokasi pemukiman yang berpenduduk dengan kepadatan sedang sampai tinggi. Lah ini, letaknya sangat jauh dan gerbangnya selalu tertutup. Ataupun kalau diperuntukkan bagi wisatawan, mengapa gerbangnya ditutup terus?. Atau bisa jadi dibangun diatas tanah sengketa? Kalau ya, mengapa sejak awal tidak melibatkan masyarakat? Kan Mubazir. Sedangkan masih banyak masyarakat yang membutuhkan bangunan yang benar - benar menyentuh kebutuhan mereka.
Gerbang MCK Umum
Oh ia, tidak jauh dari tempat itu. Ada juga sebuah kantor yang seperti dibiarkan sebagai kantornya kambing dan domba. Letaknya sekitar 10 meter dari Posyandu Bintang Timur Watulajar desa Lengkosambi Utara. Menurut warga setempat yang tidak mau namanya disebutkan, katanya bangunan tersebut adalah Kantor Perikanan. Sejak dibangun hingga saat ini belum pernah digunakan.
Saat melintasi halaman kantor, ada banyak kotoran hewan dengan aroma menyengat dan bahkan dari balik kaca jendela kantor, bisa dilihat tumpukan kotoran hewan memenuhi hampir setiap ruangan.
Kantor Perikanan
Saya hanya merasa saja, tapi belum mengambil kesimpulan,bahwa sesuatu yang dikerjakan melalui proyek pemerintah selalu saja tidak menyentuh kebutuhan langsung masyarakat, hanya menguntungkan pimpinan proyek, bendahara, dan pimpinan instansi bersangkutan ataukah ini mungkin balas jasa untuk beberapa hal yang lain. Ini pemikiran liar saya saja sih. 😉
Ruang kantor Perikanan
Saya hanya berpikir saja bahwa pembangunan yang diperuntukkan untuk rakyat itu sebenarnya menguntungkan siapa?
Mungkin saja yang saya lihat dan sebutkan itu hanya sebagian kecil dari kegagalan pemerintah daerah dalam pembangunan di negeri ini sedangkan di lapangan masih banyak contoh pembangunan fisik lain yang mubazir.
Andai saja pelelangan proyek dilakukan dengan menaati prinsip keterbukaan dan masyarakat sungguh terlibat juga, pasti bangunan itu tidak jadi monumen saja.
Pintu kantor terbuka sepanjang waktu
Saya bermimpi suatu ketika nanti akan ada lomba menghitung situs modern dengan tingkatannya masing - masing. 😉
Salam Hangat
Mertin Lusi
Dua situs ini MCK dan Kantor perikanan berlokasi di Lengkosambi Utara adalh situs cerita sedih bagi masyarakat saat ini.....khusus MCK, tanpa melibatkan analisis Kepariwisataan...dan masyarakat....jika MCK sdh beroperasi maka para pengunjung Pantai watulajar akan disambut oleh aroma tak sedap......mantap buat sodara yg sudah membantu mengangkat kedua situs yg sdg tertidur ini biar apa yg tersembunyi perlahan akan bangun semuanya
ReplyDelete