Tima Tii Woso Seminari St. Paulus Mataloko




Saya Mertin Lusi,  adalah perempuan yang paling beruntung dari sekian banyak perempuan yang ada.
Mungkin bagi sebagian orang yang akan saya ceritakan ini merupakan hal yang biasa saja tapi sejujurnya saya hanya ingin menyimpan rasa dan kenangan yang sempat tertanam dalam hati saya selama kurang dari 50 jam bersama dengan para seminaris St. Paulus Mataloko angkatan 30.
Sejak Minggu pagi,  saya bergabung dengan 26 siswa Kelas Persiapan Atas Seminari St. Paulus Mataloko untuk sharing bersama terkait Jurnalistik.
Sebenarnya bukan mereka yang belajar dari saya tapi Sayalah yang banyak belajar dari lembaga ini dan segala isinya.
Aktivitas kami sesuai jadwal harian mereka.  Hanya saja setiap materi lebih fokus pada bagian menulis. Kami saling berbagi tentang pengalaman hidup juga cara untuk survive dengan hidup dimasa yang akan datang.
Disela materi,  selalu diselipkan dengan cuplikan video pendek dan tidak sedikit dari kami yang hampir meneteskan air mata.  Namun saya yakin,  diantara para pria ini tertanam rasa gengsi yang tinggi untuk sekadar mengekspresikan perasaan haru dan sedih di hadapan yang lain.  Yah,  kalian pasti tau umumnya para pria jika ada yang meneteskan air mata pasti tak lama lagi akan menjadi bahan ejekan.

Bagi mereka,  nangis dihadapan banyak orang apalagi dihadapan wanita itu adalah hal yang "sesuatu". Sesuatu yang bisa membuat pamor turun seketika.  Hihi
Sepanjang saya hadir bersama mereka, entah mengapa, alampun sangat tidak bersahabat.  Kabut tebal dan hujan sepanjang waktu bahkan listrikpun padam beberapa kali. Tapi,  pagi ini ketika saya akan berpamitan,  matahari terlihat malu malu untuk menunjukan dirinya.  😔😔 Bahkan motor supra tua yang selalu menjadi sahabat seperjalananku juga ikut mogok.  Puji Tuhan ada lelaki ugal dari Malanuza yang telah lama insaf ini siap mendorongnya hingga di bengkel pertigaan jalan Mataloko-Bajawa.  Pria baik hati dan suka komedi ini namanya Manto dan sebentar lagi akan melanjutkan study di Maumere.
Saya selalu ingat setiap tapak jalan yang dilalui baik dari kamar menuju ruang kelas,  ruang makan juga menuju kapel. Juga setiap karakter orang yang saya jumpai.
Setiap tingkah mereka selalu terekam dengan jelas dan baik. Ada Zaldy si anak Mataloko yang bersedia menjadi admin blog seminari,  si Emilianus dengan alamat mukabukunya lirik jauh,  Maxi yang mengaku Mex kaka awor,  ada pria Waerana Oktavianus A. D. yang sebentar lagi akan melanjutkan di biara Stikmata,  ada Ino dari Sano Nggoa yang siap mengetik semua tulisan kawan kawannya dna sebentar lagi akan melanjutkan menjadi imam Projo,  ada Yoland pria kelahiran paroki Kurubhoko,  Eus dari Maunori yang siap lanjut di CSsR,  Mikhael Riba dari pulau tentangga Palue akan melanjutkan di Carmel,  Gerry dari Soe yang hurufnya paling gaga dan rapi dari semua sebentar lagi mo jadi imam Projo,  Orland yang saya kenal paling pertama saat memimpin goyangan ayam, asal dari Palue yang memilih CSsR,  Fandris Seka asal Menge yang memilih Carmel,  Konstant dari Maukeli yang selalu jadi andalan untuk menyalakan Proyektor, sebentar lagi akan melanjutkan di Stikmata,  Ancys dari Riung yang dalam tulisan feature hiperbolanya yang mengulas antara diriku dan gubug bambu 😂😂, Eman dari Borong yang menjatuhkan pilihannya di CSsR,  Vanlith kelahiran Nebe Mof dengan alamat mukabukunya Om Ef Er, Falentius dari Rendu dengan nama mukabukunya Ini Dia Manest, Lius, Ferdin Wendy dan Inuz dari SMA Thomas, umbu Jefri dari Sumba Barat yang memilih Carmel, Elvan dari Boawae yang memilih Carmel, Herarkius dari Nanga Panda dengan sapaan andalan Retakh Slow,  juga Didi dari Kodi Sumba Barat yang selalu riang gembira dan meskipun selalubjadi bahan bully dari sahabatnya tapi beliau sangat ramah dan selalu tersenyum.

Rasanya pendek waktu ini untuk bersama mereka tapi saya sungguh percaya bahwa semua yang saya lewati dan akan terjadi ini atas penyelenggaraan Ilahi.
Saya hanya sebagai manusia biasa yang tidak luput dari salah dan dosa hanya mampu berkata Ya dan siap sedia untuk menjalani perintahNya.
Terimakasih Romo Aloysius dan Romo Rano juga Frater Aris yang dengan segala keramahan memberikan waktu terbaik bagi saya untuk belajar banyak dari lembaga Seminari St. Paulus.
Terimakasih untuk hadiah yang luar biasa bagi saya yakni boleh mengikuti perayaan ekaristi dan doa bersama juga mendengar nyanyian kudus yang menentramkan jiwa.
Lembaga St. Paulus Mataloko menjadikan saya segar kembali,  mengisi kembali energi rohani, memberikan warna baru, dan tentunya menjadikan saya satu satunya Perempuan yang terpuji berada diantara kaum adam.
Semoga semua kalian para seminaris angakatan 30 selalu dalam naungan roh Kebajikan untuk tetap setia dengan panggilan iman sesuai dengan pilihannya masing - masing.
Tuhan memberkati langkah kalian.
Salam hormat
Mertin Lusi





No comments:

Post a Comment

Perlukah Memberhentikan pembangun Jalan Trans Di Bumi Papua

  Jalan Trans Papua adalah jaringan jalan nasional yang menghubungkan setiap provinsi di Papua, membentang dari Kota Sorong di Papua Barat...