Tempatku selalu Pulang



Di dunia yang terus bergerak cepat, tempat kembali bukan selalu soal rumah dengan atap dan dinding. Kadang, tempat kembali itu adalah sekelompok orang—yang meski tak sedarah, justru terasa lebih dekat dari keluarga. Mereka hadir bukan karena kewajiban, tapi karena panggilan jiwa yang sama: melayani.

Kami tidak pernah benar-benar duduk dan berkata, “Mari kita bentuk sebuah tim.” Kami hanya terus datang ketika ada kebutuhan, terus hadir saat ada yang harus dilakukan, dan tanpa sadar—kami menjadi satu. Sebuah tim yang terbentuk bukan karena struktur, bukan karena gaji, bukan karena ambisi. Tapi karena hati. Karena rasa yang tak bisa dijelaskan selain “kalau tidak bersama mereka, ada yang kurang.”

Baru-baru ini ( 11-14/09/2025), kami mendampingi para siswa SMAK St. Agustinus Langa dalam latihan kepemimpinan tingkat dasar di Kebun Raya Wolobobo. Tempat itu dingin dan sunyi, namun penuh tawa, cerita, dan semangat muda yang membara. Kami hadir bukan sebagai orang hebat, tapi sebagai pendamping yang ingin berbagi—dengan segala kelebihan dan kekurangan kami masing-masing.



Tak semua dari kami bisa hadir. Sebagian harus menyelesaikan tugas lain yang tak bisa ditinggal. Tapi begitulah hidup—dan begitulah tim ini. Tak pernah utuh sepenuhnya, tapi selalu cukup. Yang hadir saling mengisi, yang absen tetap ada dalam doa dan cerita.

Masing-masing dari kami punya warna sendiri. Dan warna itu tak selalu sempurna. Bahkan, mungkin terlalu banyak kekurangan. Tapi bukankah justru di situlah letak keindahannya.

Saya sadar, tidak ada di antara kami yang sempurna. Tapi ketika kami berjalan bersama, yang satu menutup celah yang lain. Yang satu memberi semangat saat yang lain hampir tumbang. Yang satu bicara, saat yang lain memilih mendengar.



Dan mungkin karena itulah, meski tak ada uang, meski sering mengorbankan waktu dan tenaga, kami selalu kembali. Kembali ke tim ini. Ke tempat di mana kami tak diukur dari jabatan atau pencapaian, tapi dari ketulusan untuk hadir dan memberi.


Tim ini adalah rumah kedua. Atau mungkin, rumah yang sebenarnya—tempat di mana kami merasa diterima apa adanya. Tempat untuk pulang, setiap kali hati merasa lelah. Tempat di mana tidak ada yang dituntut sempurna, tapi semua diajak untuk terus bertumbuh.

Melayani bukan beban bagi kami. Ini adalah cara kami menemukan makna. Dan bersama merekalah, makna itu menjadi nyata.


Terimakasih Ayu

Terimakasih Cen

Terimakasih Iwan

Terimakasih Eka

Terimakasih Hanna

Terimakasih Andris

Terimakasih Jery

Terimakasih Enda

Terimakasih Pater Farmas

Terimakasih Diana

Terimakasih Joe

Terimakasih guru Cifan

Terimakasih untuk cintamu yang besar ❤️❤️❤️

  


Mertin Lusi

( Hotel Sylvia Maumere,15/09/2025)


Kisah Menarik di Balik Pelatihan Relawan Caritas Keuskupan Sedaratan Flores




Kemah Tabor Mataloko menjadi tuan rumah bagi para relawan Caritas Keuskupan Sedaratan Flores yang datang dari berbagai keuskupan  diantaranya Keuskupan Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Maumere, dan Keuskupan Larantuka. Sekitar 70 peserta dengan beragam latar belakang  ini berkumpul untuk mengikuti pelatihan tentang standar minimum layanan kemanusiaan dan kajian tanggap darurat,(07-09/07-2025).



Pelatihan ini menjadi ajang bagi para relawan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam menangani situasi darurat. Belajar tentang standar minimum layanan kemanusiaan yang meliputi kebutuhan dasar seperti air, sanitasi, pangan, dan tempat tinggal. Juga bagaimana melakukan asesmen cepat untuk mengetahui kebutuhan masyarakat yang terkena dampak bencana.

Namun, pelatihan ini tidak hanya tentang materi yang disampaikan. Di meja makan, para relawan berbagi kisah-kisah menarik tentang pengalaman dalam membantu masyarakat yang terkena dampak bencana. Ada kisah haru tentang para relawan bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki laki di Flores Timur yang dengan sigap membantu masyarakat yang terkena dampak erupsi. Kisah tentang yang nyaris jadi korban bencana. Kisah korban yang mencoba survive dalam situasi genting lalu terseret menjadi relawan. Kisah tentang kebangkitan hidup yang diam-diam menginspirasi. 



Di ruang sebelum istirahat malam, para relawan juga berbagi kisah tentang pergerakan senyap mereka dalam membantu sesama yang menderita. Tentang bagaimana mereka bergerak diam-diam untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, tanpa mencari pengakuan atau pujian.

Bang Toufin  relawan Caritas KWI yang juga pemateri  berbagi kisah di meja makan tentang Kuasa Tuhan bekerja atas hidupnya yang lolos dari bencana Tsunami. Kisah bapak Yani yang selalu total dalam melayani di caritas Keuskupan Larantuka. Kisah Fyan dari Ruteng dengan belaskasihnya melayani kaum difabel. Kisah bang Kristian dengan usaha mie Njritttnya yang pedis di pusat kota Maumere memang.

Kisah-kisah seperti ini membuat para relawan semakin termotivasi untuk terus membantu masyarakat yang membutuhkan. Mereka sadar bahwa peran mereka sangat penting dalam membantu masyarakat yang terkena dampak bencana namun perlu ada ruang yang sengaja diciptakan agar bara semangat relawan itu tetap terjaga. 

Pelatihan ini menjadi pengalaman berharga bagi para relawan Caritas Keuskupan Sedaratan Flores. Mereka tidak hanya memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru, tetapi juga membangun jaringan dan persahabatan dengan relawan lain dari berbagai keuskupan. Suatu ketika bencana itu datang, semua sudah siap.

Dengan demikian, pelatihan relawan Caritas Keuskupan Sedaratan Flores di Kemah Tabor Mataloko menjadi contoh inspiratif bagaimana kepedulian dan semangat kebersamaan dapat menjadi kekuatan dalam menghadapi situasi darurat. 

Terimakasih sudah menjadi bagian darimu semua orang-orang hebat. Terimakasih bang Rudy, bang Wahyu, bang Toufin, romo Marsel, romo Ben,romo Perno, romo Pey, Romo Reinard, bapak- bapakku semua yang hebat,ibu-ibuku yang tangguh, kakak-kakakku yang keren dan adik-adikku yang kece. Whoever you are, im your sister❤️

Mataloko dingin memang e.. 😉

Perlukah Memberhentikan pembangun Jalan Trans Di Bumi Papua

 



Jalan Trans Papua adalah jaringan jalan nasional yang menghubungkan setiap provinsi di Papua, membentang dari Kota Sorong di Papua Barat Daya hingga Merauke di Papua Selatan, dengan total panjang mencapai 4.330,07 kilometer (km). Total panjang tersebut terbagi atas 3.259,45 km di Provinsi papua - Provinsi Papua Tengah - Provinsi Papua Pegunungan - Provinsi Papua Selatan dan 1.070,62 km di Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya. Jalan Trans-Papua memiliki arti penting sebagai infrastruktur penghubung antara daerah-daerah di kedua provinsi tersebut, termasuk yang terisolasi. Beberapa sumber menyebut pembangunan Jalan Trans-Papua sudah dimulai sejak era pemerintahan Presiden Soeharto, dengan nama Jalan Trans Irian Jaya. Proyek yang dimulai akhir 1980 tersebut dibagi dalam tiga jalur, yakni Nabire-Ilaga, Jayapura-Oksibil dan Merauke-Digul via Bupul. Namun sumber lain menyatakan bahwa jalan ini baru dimulai sejak era pemerintahan Presiden B. J. Habibie dan diteruskan hingga saat ini. 
Pembangunan infrastruktur di Papua menjadi fokus pemerintahan didasari atas tujuan yakni untuk menciptakan keadilan, mengurangi kesenjangan pendapatan dan kesenjangan antarwilayah, serta mengurangi tingginya harga di masing-masing wilayah.
Selain itu, Papua merupakan wilayah terluas di Indonesia. Luasnya sebanding dengan 22 persen keseluruhan luas wilayah Indonesia. Pulau ini menjadi salah satu dari lima pulau terbesar di dunia. Menurut buku Ekologi Papua (Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan Conservation International), luas wilayah Papua merupakan pulau yang sangat mendukung hutan rimba tropis tua terluas yang masih ada di Asia Pasifik. Di bagian paling barat, Papua didominasi oleh jajaran pegunungan kecil, seperti Kepala Burung, Wandamen, Fakfak, dan Kumawa serta kepulauan seperti Raja Ampat, dan Teluk Cenderawasih. Dalam banyak hal, Papua mirip dengan daratan Papua Nugini (PNG) tetapi gunung-gunungnya lebih tinggi (mencapai garis salju), dan rawa-rawanya lebih luas (contohnya, Mamberamo, Asmat). Sebagian besar wilayah Papua ditutupi hutan alam, lahan gambut, dan ekosistem lain yang merupakan “lahan pertahanan terakhir”. Menurut para ilmuwan, wilayah ini merupakan rumah bagi banyak spesies yang belum teridentifikasi. Di antara lebih dari 17.000 pulau, tanah Papua berkontribusi sebagai “rumah” bagi biodiversitas. Wilayah Papua juga meliputi lebih dari sepertiga hutan alam yang tersisa di Indonesia. Menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Papua adalah salah satu pulau yang memiliki hutan hujan tropis terluas dibandingkan daerah lain di Indonesia, termasuk Sumatera dan Kalimantan. Dengan luas hutan sekira 33 juta hektare, bumi Papua diberkahi keanekaragaman hayati yang sangat beragam. Keanekaragaman keanekaragaman hayati tersebut dapat dijumpai di berbagai tipe ekosistem mulai dari terumbu karang, daerah estuari, rawa, danau, daerah savana, dataran rendah, dataran tinggi sampai ke daerah alphin.
Keanekaragaman hayati di Papua juga tergolong unik karena termasuk kelompok subdivisi timur dari pembagian flora fauna Indo-Malesia dan flora fauna Australis yang sangat kaya. Keanekaragaman hayati Papua adalah setengah dari total jumlah keanekaragaman hayati Indonesia, secara khusus flora dan fauna endemik yang hanya dijumpai di tanah Papua. Banyak flora dan fauna di Papua yang tidak bisa dijumpai di tempat lain di dunia. Flora dan fauna di dataran rendah Papua umumnya mirip dengan flora dan fauna di Asia Tenggara (khusus flora) dan Australia (khusus fauna). Sedangkan, flora dan fauna di dataran tinggi Papua tergolong unik dan beraneka ragam akibat keterisolasiannya.

Pembangunan jalan Trans Papua menjadi hal yang positif diantaranya berkembangny berbagai aktivitas ekonomi baru seperti pemukiman, perkebunan, pertanian dan lain sebagainya, sehingga dapat meratakan ekonomi karena terbukanya akses-akses menuju seluruh wilayah. Kehadiran jalan Trans-Papua dinilai sangat menguntungkan karena bisa memangkas waktu distribusi barang dan membuat harga bahan menjadi lebih terjangkau. Pembangunan jalan dan jembatan selain berdampak pada sektor ekonomi, juga berdampak pada sektor pendidikan dan kesehatan, Pendidikan yang dirasakan oleh masyarakat Papua yakni hadirnya tenaga pengajar lebih banyak dan tenaga kesehatan yang turut aktif membangun pendidikan sumber daya manusia serta menjaga kesehatan masyarakat Papua. 

 Meskipun  bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan membuka akses jalan antar daerah, pembangunan Jalan Trans-Papua menuai perdebatan antar masyarakat. 
Perlu disadari bahwa pembangunan jalan Trans-Papua cukup mengganggu sumber penghidupan dan meningkatkan komersialisasi pemanfaatan hasil alam masyarakat adat. Dari segi kelestarian lingkungan, jalan Trans-Papua memberikan dampak yang tidak baik terhadap ekosistem hutan.

 Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) memprediksi pembangunan jangka panjang proyek Jalan Trans-Papua dapat memusnahkan 12.469 hektare tutupan hutan atau sekitar tiga kali daripada kota Yogyakarta.
 
 Sementara 4.772 hektare lahan yang terancam merupakan hutan lindung.
Hilangnya tutupan hutan dan hutan lindung berdampak pada terancamnya keberadaan flora dan fauna yang dilindungi, seperti Anggrek Kasut Ungu dan Kanguru, Pohon Mbaiso yang merupakan makhluk hidup endemik di beberapa area hutang di sekitar jalan Trans-Papua.
Atas dampak yang telah terjadi dan diprediksi akan bertambah buruk, WALHI menyarankan pemerintah untuk membangun jalan yang ramah terhadap lingkungan dengan merujuk pada penelitian dan refrensi yang terpercaya. Selain itu WALHI juga berpesan agar dibuatkannya peraturan daerah atau keputusan gubernur atau bupati/walikota terkait perlindungan serta pengakuan wilayah kelola adat dan masyarakat adat. Memang dengan adanya jalan trans ini masyarakat Papua sangat dipermudah dalam segala hal namun saya sebagai warga Papua yang sedang melanjutkan pendidikan diluar Papua mengajak kita semua warga Papua untuk menyadari bahwa dengan adanya  jalan trans tersebut membuat hutan Papua menjadi  rusak, semakin punahnya  fauna dan flora,  suara burung Cendrawasih yang begitu merdu sudah perlahan lenyap, adat istiadat kita akan perlahan hilang karena hutan tempat berburu sudah menjadi jalanan ramai. 
Oleh sebab itu, kita sebagai Masyarakat papua harusnya menyuarakan untuk memberhentikan jalan trans papua yang terjadi di bumi papua karena itu sangat merusak hutan serta tanah leluhur yang kita warisi.  Jika mereka gusur semua habis-habisan maka kita sendirilah yang akan jadi bingung karena kita tidak memiliki tempat untuk bangun rumah, untuk berkebun, berburu dan sebagainya. Maka seharusnya masyarakat Papua harus berpikir yang luas terhadap hutan dan menolak untuk pembangunan jalan trans di bumi papua demi kepentingan kita sendiri.

****

Penulis

Theofilus Iyai
Asal Nabire - Papua Tengah
Saat ini sedang mengenyam pendidikan di Seminari KPA St. Paulus Mataloko





Marvin Moi jadi Puteri Pendidikan NTT 2023

 Maria Octaviana Moi asal Bajawa terpilih menjadi Puteri Pendidikan Propinsi NTT 2023.



Maria Octaviana Moi kelahiran 29 Oktober 2003, asal desa Langagedha kecamatan Bajawa terpilih menjadi Finalis Puteri Pendidikan Propinsi NTT tahun 2023 dan sedang mempersiapkan diri mengikuti seleksi Puteri Pendidikan tingkat Nasional bulan Oktober mendatang. 

Marvin demikian dia biasa disapa dengan wajah sumringah mengaku terharu terpilih menjadi puteri Pendidikan propinsi NTT pada 26 Juli 2023 lalu. 
" Saya sangat terharu sebagai anak kampung yang serba pas pasan tapi mendapat kesempatan menjadi puteri pendidikan,  sungguh ini tugas dan tanggungjawab yang saya terima dengan penuh sukacita, "katanya saat ditemui dirumahnya di kampung Langagedha ( 02/09/2023) 



Marvin demikian dia biasa disapa mampu mengalahkan ratusan peserta yang mengikuti seleksi yang di gelar oleh lembaga  Ikatan Pemuda Prestasi Indonesia ( IPPI). Saat ini Marvin sedang mempersiapkan tugas karantina online berupa photosoot, video profile dan sosialisasi pendidikan di kampung halamannya sebagai persyaratan mengikuti seleksi tingkat Nasional.  
Anak sulung dari pasangan Kornelis Dhae dan Yasinta Ngora ini merupakan mahasiswa semester III Tehnik Geofisika Universitas Pertamina Jakarta. 
Beberapa prestasi yang diraihnya yakni Manager Of sponsorship society of renewable universitas Pertamina,  Kepala dibisi Acara UKM KMK,  Juara 3 Geopodcats geophysics whiz event and seminar universitas Lampung tingkat Nasional 2022 dan juara 3 microcosmos II Essay for academic writing. 



Alumni SMAK Frateran Maumere ini mengaku sangat bangga mendapat gelar Puteri Pendidikan sehingga bisa memiliki kontribusi untuk pendidikan di NTT. 
"Saya sangat bangga memiliki gelar ini,  minimal saya bisa menyuarakan tentang pendidikan di NTT itu sendiri yang menurut saya hanya fokus pada bidang akademik dan membuat siswa tidak memiliki daya juang tinggi dan kurang kompetitif.  Setiap siswa harus sadar dna memiliki public speaking dan personal branding yang baik. 

Sebagai mahasiswa Tehnik Geofisika,  Marvin mengaku bercita cita ingin menjadi pelaku energi yang berguna bagi masyarakat NTT. 



Saat ini,  Marvin sedang melakukan tugas pembuatan video dan photoshoot dengan latar Wolobobo,  kampung tradisional Bena juga Bukit Watunariwowo. 
"Saya memilih tempat ini sebagai bagian memperkenalkan tempat wisata di kabupaten saya ke tingkat Nasional. 







Menyelami kapal Selam di Palembang

 Tidak pernah menyangka akan mendapatkan hal lebih dalam perjalanan ini. Bukan juga sebuah kebetulan namun dibalik semua ini tentu yang EmpuNya telah mengatur sedemikian rupa dan hanya saja titik yang saling mengaitkan setiap peristiwa itu yang belum mampu diselami secara pribadi.



Sumatera Selatan tepatnya di kota Palembang menjadi lokasi digelarnya jumpa Orang Muda Katolik seluruh Indonesia yang ketiga atau yang lebih dikenal dengan IYD III.


Bersama 40 peserta dari Ende,Ngada dan Nagekeo yang tergabung dalam Keuskupan Agung Ende, kami mendapat kesempatan istimewa dan berahmat. Memang ada banyak yang lebih berpotensi dari saya ataupun yang lainnya tapi saya percaya bahwa "Tuhan tidak pernah  meletakkan Salib di pundak yang salah".


Baru dua hari berada di wisma Atlet Jakabaring Sport City kami menanti acara puncak yang akan dimulai pada 26-30 Juni 2023 yang tentu akan sangat padat sejak bangun tidur hingga tidur kembali. Diskusi,dialog dan berbaga macam acara akan dilalui. Untuk mengenal lebih jauh tentang Palembang itu sendiri tidak masuk dalam agenda karena memang secara pribadi merasa bahwa tidak ada siapapun kenalan atau keluarga yang akan di kunjungi. 
Ternyata tidak demikian. Di Palembang ada om romo Eman yang berkarya di Keuskupan Palembang dan berdomisili di rumah Keuskupan, ada Suster Stefani di Biara Charitas, ada Carlos pemuda Langa yang sedang Studi disini dan kae Fian warga Jambi asli Langa yang bertugas di Palembang.


Usai merayakan Ekaristi minggu 25 Juni 2023 di paroki St.Paulus Plaju, makan bersama dan menari Jai, kae Fian datang menjemput sekaligus menjadi guide kurang lebih sehari keliling kota Palembang.


Perjalanan ini merupakan perjalanan rohani. Kami memulai dengan mengunjungi gereja Katedral Santa Maria Palembang dan disana ada romo Eman yang juga imam asal Langa yang punya peran penting di keuskupan Agung Palembang. Dari minuman luar negeri, ruang rapat hingga dapur dan kebiasaan dirumah keuskupan kami dapatkan langsung ceritanya dari orang yang sangat dipercaya keakuratan informasinya. Romo Eman sangat luar biasa. Lalu kami diarahkan menuju susteran Charitas di KM 7 untuk bertemu suster Stefani asli Langa juga. Belasan suster lainnya juga menyambut kami dengan sukacita. Sekejab langsung akrab. Rupanya video dan foto heboh saat menari di paroki Plaju telah tersebar di grup medsos Diaspora. Sungguh. Ini jauh dari dugaan. Keluarga diaspora di Sumatera ternyata memantau pergerakan semua peserta dan bahkan semua mendapat jadwal dari keuskupan untuk adorasi khusus kelancaran IYD III Palembang di JSC ini.
Kami selami Pempek Kapal Selam saat duduk ngobrol di ruang tamu dan bergeser ke meja makan untuk menyimak lebih dalam karya misi dari susteran ini. Para suster yang lebih banyak didominasi oleh orang Indonesia Timur ini berkarya di bidang kesehatan mulai dari pendidikan kesehatan,klinik dan lainnya.


Selanjutnya kami bergerak menuju MKB (Museum Kuto Besak). Kalau belum ke MKB berarti belum ke Palembang kata tour guide kami 😃.
Bersebelahan dengan MKB merupakan Jembatan Ampera yang menghubungkan ulu dan ilir yang terbelah diantara sungai Musi. Jembatan ini menjadi Icon nomor satu Kota Palembang.
Kami hanya berjalan disekitar tempat ini namun cerita kami keliling kemana mana. 


Mulai dari tambang pasir yang dikeruk dari sungai Musi. Siapa yang memiliki daerah pesisir sungai Musi berarti menjadi orang ngaruh ataupun kaya. Beberapa tahun sebelumnya Koran Palembang yang bila diperas mampu keluar darah, tempat ilegal pengedaran barang terlarang, bisnis kuliner yang sedang booming dan pojok pojok nongrong yang ada dimana mana, juga orang orang militansi yang memberi diri,tenaga dan kekayaannya untuk kebaikan bersama. Jembatan sungai Musi 6 yang menjadi Icon Wisata nomor dua di Palembang namun setelah diresmikan perlahan mulai hilang identitasnya.


Hal-hal remeh temeh yang menarik untuk digali seperti Ikan Blida yang tinggal patungnya saja. Ikan Blida adalah ikan Khas sungai Musi yang saat ini sudah langka karena sungai sudah sangat tercemar. Ikan Blida adalah Ikan termahal untuk bahan dasar pembuatan Pempek. Jalur kapal Batu bara dan pasar semua ada di samping jembatan Ampera, Arca Ganesha yang menjadi cerita sejarah pada zaman dahulu dan diabadikan patungnya di depan museum Sultan M.B II. Pertunjukan Festival Sriwijaya dengan kekhasan Klakar Betoknya. Pengalaman yang menarik dan tidak bisa di bayar.


Tima tii woso Tuhan untuk kejutan sebelum kegiatan IYD sesungguhnya. Tima tii woso kae Fian yang meskipun baru bertemu pertama kali di tanah rantau tapi total menjadi saudara dan guru tentang Sumatera Selatan. Pemberian diri yang menjadi contoh.

Tulisan ini hanya sebagai pengingat dan pemantik bila saya sudah mulai banyak lupa.


Salam Babe...( Bangkit dan Bergerak)


Isi Langa, 25 Juni 2023
****










WVI Ngada dan Nagekeo gelar pelatihan Jurnalisme warga bagi anak binaan

 Sejak 24-26 April 2023, Wahana Visi Indonesia melalui project Financing WASH For Universal Coverage ( FinWASH4UC) wilayah Ngada dan Nagekeo menyelenggarakan pelatihan peningkatan kapasitas Jurnalisme warga bagi forum anak dan pendamping forum anak di area program Ngada dan Nagekeo di Kemah Tabor Mataloko.





Dalam sambutan pembukanya Manajer WVI area Program Nagekeo dan Ngada Otis Kawer Wakerkwa mengatakan bahwa WVI yang merupakan yayasan sosial Kristen bergerak dalam bidang pendampingan anak dan isu sosial terus bekerjasama dengan mitra supaya ada ruang maksimal untuk semua anak bisa bertumbuh dan berkembang dengan baik.



 Salah satu cara yakni pelatihan jurnalisme warga agar anak berpartisipasi dengan menyampaikan apa yang dipikirkan tentang desa. Momen ini juga bisa mengasah keterampilan dalam bidang menulis.

Isu - isu sosial terkait Sanitasi, Air minum dan sebagainya bisa dibuat melalui tulisan dan video konten media sosial agar bisa mendorong para pengambil kebijakan dan masyarakat umum untuk peduli dengan masalah sekitar.



Sementara itu pendamping program wilayah Ngada Morde Khai Lalong mengatakan pelatihan ini sasarannya bagi anak anak dampingan dan pendamping anak yang tersebar di Ngada dan Nagekeo dengan jumlah 29 orang. Daerah dampingan  wilayah kabupaten Ngada tersebar di kecamatan Bajawa Utara yakni Inegena dan Watukapu, kecamatan Golewa Selatan yakni desa Sadha dan Takatunga. Untuk wilayah kabupaten Nagekeo tersebar di kecamatan Nangaroro  yakni desa Woewutu dan Bidoa, kecamatan Boawae yakni desa Wea Au.



Tujuan dari kegiatan ini yakni meningkatkan wawasan warga tentang akses air minum dan sanitasi sebagai hak dasar dan menjadi program prioritas pemerintah, meningkatkan pemahaman warga tentang cara penulisan,pengambilan foto,video berita,opini maupun feature. Meningkatkan keberanian warga untuk dapat menulis berita realitas penyimpangan kebijakan dan program pemerintah.



Sementara itu pendamping program wilayah Nagekeo Iren Naelopo mengatakan bahwa  jurnalisme warga atau citizen jurnalism merupakan  sebuah kegiatan partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat secara aktif dalam kegiatan melakukan pengumpulan, pelaporan, analisis, dan penyampaian informasi serta berita.

Anak dampingan WVI ini tidak hanya menjadi konsumen media, tapi juga terlibat secara aktif untuk ikut melaporkan apa yang terjadi di sekitanya. Anak dampingan  juga bisa terlibat secara langsung dalam pengambilan data berupa foto dan tulisan untuk dikirimkan ke media massa. Keterlibatan tersebut meliputi mengawasi, mengoreksi, menanggapi, atau sekadar memilih informasi yang ingin dibaca.



Media yang digunakan dalam kegiatan jurnalisme warga dalam program ini yakni web, blog, dan media sosial yang dirancang oleh peserta maupun kelompok.



Jurnalisme warga lebih fokus kepada penyebaran informasi yang berhubungan dengan isu kepentingan publik. Konten yang dibuat merupakan konten yang penting untuk disampaikan serta punya daya tarik publik.

Pelatihan ini di dampingi oleh wartawan senior  Flores Pos Wim Derosari dan Pegiat Literasi Ngada Mertin Lusi.



MENGIDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISWA SD

 



Oleh : Ludgardis Dheko 
Program Studi PGSD 
Semester II
Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng


Belajar adalah suatu kegiatan yang di jalankan secara sadar , sengaja , teratur dan terencana guna mengubah dan mengembangkan kualitas manusia didalam suatu sekolah . Sekolah adalah lembaga formal yang menjadi sarana pencapaian tujuan tersebut . Melalui sekolah , siswa dapat belajar berbagai macam hal . Baik ilmu pengetahuan maupun keterampilan . Dalam kenyataannya banyak siswa yang menunjukan tidak dapat mencapainya hasil belajar sebagaimana yang diharapkan . Beberapa siswa masih menunjukan nilai – nilai yang rendah meskipun telah di usahakan sebaik-baiknya oleh guru . Dengan kata lain , mengalami kesulitan belajar . Setiap anak atau siswa memiliki sesuatu yang membedakannya dengan orang lain , dan setiap orang mempunyai karakteristik sendiri – sendiri . Setiap anak atau siswa memiliki perbedaan , baik pada aspek fisik, emosional , intelektual , social , lingkungan dan tingkat ekonomi yang berbeda – beda . 
Ada beberapa kesuliatan belajar  yang  dapat di hadapi oleh anak SD , diantaranya adalah :
Kesulitan memahami materi pelajaran :Anak SD masih dalam tahap pembelajaran dasar dan belum memiliki kemampuan pemahaman yang matang .oleh karena itu , mereka mungkin kesulitan memahami materi pembelajaran yang lebih kompleks . 
Kesulitan berkonsentrasi :Anak SD cendrung mudah teralihkan perhatiannya sehingga sulit untuk focus dalam belajar . Hal ini dapat membuat mereka kesulitan memahami dan mengingat informasi yang telah di pelajari . 
Kesulitan dalam membaca :Membaca adalah keterampilan dasar yang harus di kuasai oleh setiap anak SD . Namun , beberapa anak mungkin mengalami kesulitan dalam membaca , seperti kesulitan mengenal huruf , membaca dengan lancar , atau memahami makna dari kata – kata yang dibaca . 
Kesuliatan dalam menulis :Menulis adalah keterampilan yang sangat penting dalam proses belajar . Anak SD mungkin mengalami kesulitan dalam menulis karena kesulitan dalam mengenal huruf , mengatur tulisan , atau mengekspresikan ide – ide mereka secara tertulis 
Kesulitan dalam menghafal :Anak SD mungkin kesulitan dalam menghafal fakta dan konsep yang di ajarkan dalam pelajaran . Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengalaman dan strategi belajar yang tepa untuk menghafal . 
Kesuliatan belajar dapat dilihat dari hambatan – hambatan dalam proses pembelajaran . Hambatan ini bersifat psikologis , fisiologis , atau sosiologi .
Kesulitan dalam berhitung :mereka mengalami kesulitan dalam berhitung karena mreka belum menguasai konsep dasar matematika . Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam memecahkan masalah matematika . 
Kesulitan dalam memahami intruksi :Anak SD mungkin kesulitan dalam memahami intruksi yang di berikan oleh guru atau orang tua . Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam menyelesaikan tugas atau mengikuti petunjuk. 

Oleh sebab itu anak yang mengalami kesuliatan belajar dalam hal ini membutuhkan layanan bimbingan belajar . Karena bimbingan belajar merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dalam proses Pendidikan secara universal . oleh
karena itu , layanan bimbingan belajar wajib di lakukan untuk mencapai hasil standar tingkat pencapaian Perkembangan  Anak agar lebih optimal untuk mencapai kemajuan dan proses belajar. ****







 

Tempatku selalu Pulang

Di dunia yang terus bergerak cepat, tempat kembali bukan selalu soal rumah dengan atap dan dinding. Kadang, tempat kembali itu adalah sekelo...