Fani, anak usia 13 tahun kelahiran Ngoranale kecamatan Bajawa ini dengan penuh kehangatan menyapa kami diruang kerja sambil membawa satu tas berisi buah Terung Belanda. Dia menawarkan kepada kami jualannya tersebut. Sejenak seisi tas diserbu oleh semua dosen dan pegawai. Habis. Yah, buah yang ditawarkan Fani sungguh sangat menggoda karena warnanya juga buah ini cukup jarang dijumpai karena jarang ada petani yang secara fokus menanamnya. Buah ini hanya tumbuh subur di sela pohon kopi.
Aku hanya ingin Hidup Dan tak ingin Kaya Aku ingin melihat banyak Tempat Mendengar banyak suara Dan menghirup banyak Bau Kehidupan. Alangkah mengerikan terpenjara dalam satu Tempat,karena sangat menjemukan. Aku mesti pindah tempat setiap saat, Meski cuma selangkah, Tak ada yang lebih dan tidak Kurang Aku Perempuan.... Meski banyak suara berbondong
Jualan Buah dan Sayur untuk bayar uang sekolah
Usai transaksi jual beli, kami semua spontan minta foto bersamanya. Rupanya dalam hati kami semua menyimpan tanya yang sama tentang sosok Fani.
Anak dari pasangan Martinus dan Antonia ini ternyata telah memulai jualan sejak duduk dibangku kelas 5 SD. Dia mengaku dengan senang hati berjualan usai jam sekolah.
"Saya usai pulang sekolah pasti keliling setiap kantot atau tempat untuk menawarkan jualan seperti Sayur, Buah, lombok dan lainnya. Barang jualan ini dititipkan oleh tetangga dan saya jual untuk dapat hasil bagi dua, "katanya.
Setiap jualan ke wilayah kota dan perkantoran, Anak ketiga dari 7 bersaudara ini harus numpang ojek dengan biaya pulang pergi Rp. 20.000.
Kadang jualannya tidak habis dan keuntungannya hanya habis untuk membayar ojek.
Memang cukup miris mendengar kisah dari Fani ini.
Dia harus bekerja jualan apa saja untuk bantu orang tuanya.
" Saya harus kerja kak, karena bapak dan mama hanya petani,setiap hari harus kerja apa saja untuk bisa beli beras untuk kami. Apalagi sekarang mama sering sakit-sakitan dan tidak bisa kerja lagi. Saya harus bantu mereka untuk bayar uang sekolah atau beli beras kak, "katanya.
Cerita Fani ini tentu sangat kontras dengan kehidupan anak remaja seusianya di zaman ini. Ketika semua merengek minta beli pulsa data untuk main tik tok ataupun game online tapi Fani harus jalan kaki keliling untuk menawarkan jualan.
Fani harus memikirkan hari ini harus makan apa tapi diseberang yang lain ada yang tidak mau makan karena lauknya terasa kurang enak.
Terimakasih Fani, untuk ceritamu yang menginspirasi kami semua. Semoga Tuhan memberkati keluargamu.
Stiper Flores Bajawa 05/02/2022
Salam hangat.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Perlukah Memberhentikan pembangun Jalan Trans Di Bumi Papua
Jalan Trans Papua adalah jaringan jalan nasional yang menghubungkan setiap provinsi di Papua, membentang dari Kota Sorong di Papua Barat...
-
Maria Octaviana Moi asal Bajawa terpilih menjadi Puteri Pendidikan Propinsi NTT 2023. Maria Octaviana Moi kelahiran 29 Oktober 2003, asal d...
-
Toa Kaba neku RD.Lukas Nong Baba siap dilaksanakan Rabu 22 Januari 2020. Foto : Rapat DPP Paroki Langa DPP Paroki Langa...
-
Kampung adat merupakan sebuah wilayah desa yang masih menjaga dengan baik warisan leluhur. Melalui kampung adat ini, kita dapat mempelaja...
No comments:
Post a Comment