KEO TENGAH - NAGEKEO, TEMPAT YANG HILANG DARI CATATAN SEJARAH

 

Kisah yang tidak tercatat dalam Sejarah, bahwa Puncak Keli Koto - Keo Tengah pernah menjadi tempat persembunyian Presiden Soekarno. 

Ini merupakan kisah perjalanan beberapa bulan lalu dan baru dipublikasikan saat ini.  Bagi saya kisah ini perlu semua orang tau bahwa di tempat yang kami datangi pernah menjadi sebuah tempat dengan banyak kisah saat Presiden Pertama RI  pernah tinggal beberapa waktu sebelum kembali ke  Ende.

 ***

Tanggal 17 Agustus selalu menjadi hari yang istimewa bagi seluruh rakyat Indonesia. Di moment tersebut, semangat memajukan bangsa selalu terpupuk kembali, bersamaan dengan curahan rasa hormat atas jasa pahlawan yang telah memerdekakan bangsa, maka Tim kepemudaan Keuskupan Agung Ende menyelenggarakan perjalanan refleksi menelusuri jejak presiden Soekarno saat menyembunyikan diri di bukit Keli Koto desa Paumali kecamatan Keo Tengah - Nagekeo. 

                                                                    Puncak Keli Koto

Menurut ketua Tim Kepemudaan Keuskupan Agung Ende RD. Yohanes Antonius Songka mengatakan bahwa berdasarkan cerita - cerita dari para tetua adat di Keo Tengah maupun Nangaroro bahwa Presiden Soekarno sempat bersembuyi di bukit Keli Koto saat di kejar tentara Belanda dan saat itu diselamatkan oleh almarhum Siprianus Pidi yang menjabat sebagai mandor Belanda pada masa itu. 

" Dari cerita - cerita tetua adat hingga saat ini kami mendengar kisah tentang persiden Soekarno yang hilang dari sejarah. Oleh karena itu,  perjalanan refleksi ini kami buat supaya bisa mengenang kembali,"katanya. 




Perjalanan refleksi sekaligus apel bendera di puncak Keli Koto ini diikuti oleh berbagai komunitas diantaranya Komunitas Seminari St. Paulus Mataloko,  Komunitas Gempa ( Gerakan mengawal Pancasila),  Kepala Sekolah SD Kelimari, Guru SD Paumali, klub Bola Persado,Masyarakat desa Paumali dan beberapa komunitas pencinta alam lainya. 

Pendakian dimulai  dari Desa Koto tepatnya di  pertigaan Dusun Keka Kodo menuju puncak dengan ketinggian kurang lebih 1100 mdpl ini dimulai sejak pukul 09.00 hingga 12.00 dengan melewati beberapa situs kampung lama Koto dan situs bangunan yang penuh misteri berupa beton dengan ketinggian 170 cm yang dibangun pada Mei 1953 silam. 

Usai upacara bendera, kegiatan dilakukan dengan diskusi tentang Pancasila dan refleksi perjalanan. Peserta yang berjumlah 64 orang ini tampak antusias meskipun perjalanan  melewati jalur yang cukup ekstrim. 



Sementara itu secara terpisah Primus yang juga merupakan anak dari almarhum Siprianus Pidi ( mandor Belanda)  membenarkan terkait jalur yang dilalui presiden Soekarno saat bersembunyi di puncak Keli Koto. 

 

" Sejak kecil,  kami selalu mendengar cerita dari orangtua kami terutama bapak bahwa bapak membantu presiden Soekarno untuk bersembunyi di puncak bukit lalu beberapa orang tua kami yang lainnya ditugaskan untuk mengantar makan dan minum ke puncak berupa Ubi Bakar, ikan dan sebagainya,dan cerita itu selalu kami ingat meskipun tidak dijelaskan secara terperinci tahun dan tanggal kejadiannya "kata Primus. 

Nama- nama orang yang di tugaskan untuk mengantar makanan ke puncak Keli Koto ( Alm. Rafael Baje, alm. Ambros Basa, alm. Alex Bheo dan beberapa lainnya). 

 


Pater Rano dan pater Rian dari komunitas seminari st. Paulus Mataloko mengatakan sangat bangga bisa mengikuti Jejak Presiden Soekarno.  Baginya ini merupakan perjalanan yang luar biasa sekaligus bisa mengangkat kembali sejarah yang terlupakan bahwa di puncak Keli Koto ini presiden Soekarno pernah tinggal beberapa waktu.

 


" Ini perjalanan yang luar biasa bahwa kami bisa mengenang presiden Soekarno di bukit Keli Koto yang tidak masuk dalam catatan sejarah. Berharap kedepannya nanti tempat ini bisa menjadi lokasi yang bisa menginspirasi banyak orang, " katanya. 

 

SITUS 170 cm

Cerita lain lagi dari Puncak keli Koto ini yakni terdapat situs bangunan yang penuh misteri berupa beton dengan ketinggian 170 cm  yang dibangun pada Mei 1953 silam. Entahlah, saya dan beberapa teman merasa ada yang aneh dengan bangunan beton di puncak bukit ini. Pasalnya, dari tulisan yang tertera dibagian bawah bangunan tertulis 1953 yang bisa disimpulkan bahwa bangunan ini dibuat pada tahun itu.



Jalur pendakian yang sangat ektrim ini membuat kami berpikir bagaimana cara membawa pasir,semen dan air ke tempat ini. Di masa itu tentu sangat sulit.

 Ataukah ada sesuatu yang tersimpan di dalam bangunan ini?

 Sehingga mengharuskan untuk dibuatkan  tugu ini.

 Ataukah tugu ini sebagai penanda bahwa ada sesuatu di puncak ini?




 Saya mulai berpikir liar. Karena dari pengakuan beberapa warga bahwa di tempat itu juga pernah di datangi oleh 3 Insinyur dari Belanda ke kampung Mabha dengan membawa beberapa peralatan untuk mendeteksi sesuatu, yang mana pada saat itu sebagai warga kampung tidak sedikitpun memiliki rasa ingin tahu yang berlebihan. Beberapa warga lainnya juga mengatakan bahwa disekitar tugu tersebut para Insinyur tersebut mendeteksi adanya sumber api.



Di bangunan berbentuk persegi panjang berdiri tegak ini terdapat beberapa tulisan tangan secara terpisah di beberapa bagian dinding  diatara Unep, inawa,  aboe,pbt,  ros moeda,  mei 1953.

Puncak Keli Koto ini juga merupakan bagian dari jejak kampung lama para leluhur yang kemudian terbagi ke dalam beberapa suku yang menyebar ke daerah  Riti,Mundemi, Maunori suku Koto kampung Koto.



( Ini cerita perjalanan yang penuh dengan tanda tanya. Ini tidak akan pernah selesai. Perlu banyak diskusi, perlu banyak referensi tentang rangkaian cerita diseputaran Keli Koto)

Mari berdiskusi.

 

catatan Perjalanan, 17/08/2020

 

 

 

 

 

 

1 comment:

Perlukah Memberhentikan pembangun Jalan Trans Di Bumi Papua

  Jalan Trans Papua adalah jaringan jalan nasional yang menghubungkan setiap provinsi di Papua, membentang dari Kota Sorong di Papua Barat...