Kabupaten Ngada - Flores NTT memiliki banyak potensi wisata yang layak diperhitungkan. Selama beberapa tahun terakhir ini ada banyak lokasi wisata yang menjadi tujuan para pelancong baik lokal maupun mancanegara untuk datang sekedar melepas penat dari rutinitas kerja maupun yang datang secara khusus untuk belajar sambil berwisata.
Hampir di setiap kecamatan memiliki tempat wisata menarik baik alam dan Budaya yang tak terhitung jumlahnya.
Salah satunya adalah obyek wisata yang ada di kecamatan Jerebuu. Biasanya orang lebih mengenal Jerebuu dengan kampung Tradisional Bena,Gurusina,Luba,Tololela dan Air Panas Malanage. Tapi kali ini saya mau berbagi tentang Obyek Wisata Air Panas Keli yang ada di kecamatan Jerebuu juga. Letaknya persis di dusun Wae Bajo desa Tiworiwu 1.
Dari kampung Bena bisa ditempuh dalam waktu lima menit menggunakan kendaraan roda dua lalu berjalan kaki sekitar 15 menit melalui jalan tani.
Memang agak sedikit rumit untuk bisa sampai di titik yang akan dimulai dengan jalan kaki. Karena memang kita belum memiliki penunjuk jalan atau penunjuk nama tempat yang memadai. Penunjuk jalan yang benar dan pasti hanyalah dengan cara bertanya. Bertanyalah sesering mungkin ke setiap orang yang di jumpai maka yakinlah tidak akan tersesat. Semua orang di jalan itu baik dan tulus. ππ
Jalurnya kira kira seperti ini bila kita cukup malu untuk bertanya.
Bila kita memulai dari arah kota Bajawa, kita akan melewati kampung Tradisional Bena dan persis di pertigaan sesudah Kampung Bena terdapat pertigaan menuju kampung Tude. Kita mengikuti jalur kiri menuju kampung Tude tersebut. Dari pertigaan tersebut kita bisa mengurangi kecepatan dan jangan lupa menghitung dan mengingat. Sekitar dua menit lagi akan tiba di titik setapak. Dalam hitungan Deker yang kedua dan disebelah kirinya terdapat mata air kecil yang bersebelahan dengan rumah berdinding batako, itulah titik setapak. Kendaraan bisa di parkir disekitar situ dan dijamin aman. Perjalanan menyusuri setapak akan di mulai dengan melewati persis di samping rumah berdinding Batako. Bila sempat bertemu pemilik rumahnya, silahkan bertanya untuk memastikan kebenaran lokasi.
15 menit berjalan kaki melewati kebun warga setempat. Berbagai tanaman pertanian seperti biasa akan dijumpai disana. Unik dari perjalanan sekitar 15 menit ini yakni terdapat banyak tangga yang terbuat dari bambu dengan tinggi sekitar 10 meter lebih menempel hampir disetiap pohon yang ditumbuhi Sirih. Tangga yang terbuat dari bambu tunggal berdiri tegak yang disisipi potongan kayu secara horizontal sebagai tempat pijakan kaki ini cukup ekstrim untuk digunakan.
Disini, petani menggunakanya untuk memanen sirih yang menjalar di pohon. Bila pohon tingginya 15 meter dan Sirih tumbuh menjalar hingga di ujung pohon, maka tangga yang dibutuhkan juga sekitar 20 meter. Harga daun sirih di pasar cukup menjanjikan. Tapi nyawa juga menjadi taruhannya karena rata rata para pemanen sirih tidak menggunakan pengamanan yang memadai.
Semua orang baru yang menyusuri setapak pasti akan mengandaikan bila dirinya adalah orang yang memanen sirih tersebut.
Berbagai jenis bunga yang tumbuh menempel di pohon sangat menarik untuk dibawa pulang karena hampir mirip dengan bunga yang lagi viral di media sosial itu. Bunga yang ditinggal suami atau apalah itu ππππΏπΏ.
Beragam jenis bambu juga ada disana dengan berbagai ukuran, rasanya belajar dan berdiskusi tentang bambu cukup dalam 15 menit.
Lokasi Air Panas Keli ini berada persis di perbatasan antara kebun milik warga. Terdapat empat buah pancuran yang di buat warga setempat menggunakan bambu. Ada yang kecil, sedang dan besar. Ini seperti disediakan untuk ukuran anak- anak dan orang dewasa. Mandi menggunakan pancuran dengan air panas alami ini memiliki sensasi yang berbeda.
Di tempat air panas lainnya, kebanyakan pengunjung hanya bisa berendam saja tapi disini kita bisa berendam sambil membiarkan punggung dipijak alami oleh air yang jatuh melewati bambu ini. Bau Belerang disini tidak begitu tajam sehingga aman bagi yang sensitif dengan bau belerang.
Biasanya mandi di Air Panas yang ada kadar belerang itu bikin perut cepat lapar, tapi disini di air Panas Keli, kita bisa mandi berjam -jam tanpa rasa lapar. Bahkan semakin lama semakin betah.
Tempat ini sangat direkomendasikan bagi yang ingin melakukan relaksasi. Jangan lupa ajak keluarga karena tempat ini bisa menjadi tempat untuk bernostalgia bagi yang pernah melewati masa kecil yang sumber airnya masih jauh yakni mandi di kali sebelum berangkat ke sekolah.
Salah seorang warga dusun yang sempat dijumpai mengaku bahwa Lokasi Air Panas Keli ini sudah sempat diwacanakan oleh pemerintah desa Tiworiwu Satu untuk dikembangkan menjadi obyek Wisata. Berhubung saat ini sedang pandemi, tentu realisasinya akan terjadi bila si Covid sudah menjauh.
Dari perjalanan ini pula, saya kemudian tau bahwa di dusun ini akan dilakukan pemboran Gas Bumi. Entahlah, saya hanya berharap semoga baik baik saja.
( Titik awal Jalan Kaki) *Catatan Perjalanan Minggu 07/02/2021*
Terimakasih Opa Pius Muja yang sangat ramah memberikan petunjuk. Tima tii woso juga Santos, Anet dan Siena untuk perjalanan hari ini. Sehat selalu.
(Maaf bila catatan perjalanan ini cukup amburadul ππ)
Baca cerita nyata ini jadi ingin kesana, makasih sudah berbagi. Ternyata kab. Ngada punya sejuta tempat wisata yang masih virgin dan belum tersentuh. ππ»π
ReplyDeleteWala Gaga la...
ReplyDeletegood job
ReplyDelete