Kemah Tabor Mataloko menjadi tuan rumah bagi para relawan Caritas Keuskupan Sedaratan Flores yang datang dari berbagai keuskupan diantaranya Keuskupan Labuan Bajo, Keuskupan Ruteng, Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Maumere, dan Keuskupan Larantuka. Sekitar 70 peserta dengan beragam latar belakang ini berkumpul untuk mengikuti pelatihan tentang standar minimum layanan kemanusiaan dan kajian tanggap darurat,(07-09/07-2025).
Pelatihan ini menjadi ajang bagi para relawan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam menangani situasi darurat. Belajar tentang standar minimum layanan kemanusiaan yang meliputi kebutuhan dasar seperti air, sanitasi, pangan, dan tempat tinggal. Juga bagaimana melakukan asesmen cepat untuk mengetahui kebutuhan masyarakat yang terkena dampak bencana.
Namun, pelatihan ini tidak hanya tentang materi yang disampaikan. Di meja makan, para relawan berbagi kisah-kisah menarik tentang pengalaman dalam membantu masyarakat yang terkena dampak bencana. Ada kisah haru tentang para relawan bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki laki di Flores Timur yang dengan sigap membantu masyarakat yang terkena dampak erupsi. Kisah tentang yang nyaris jadi korban bencana. Kisah korban yang mencoba survive dalam situasi genting lalu terseret menjadi relawan. Kisah tentang kebangkitan hidup yang diam-diam menginspirasi.
Di ruang sebelum istirahat malam, para relawan juga berbagi kisah tentang pergerakan senyap mereka dalam membantu sesama yang menderita. Tentang bagaimana mereka bergerak diam-diam untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, tanpa mencari pengakuan atau pujian.
Bang Toufin relawan Caritas KWI yang juga pemateri berbagi kisah di meja makan tentang Kuasa Tuhan bekerja atas hidupnya yang lolos dari bencana Tsunami. Kisah bapak Yani yang selalu total dalam melayani di caritas Keuskupan Larantuka. Kisah Fyan dari Ruteng dengan belaskasihnya melayani kaum difabel. Kisah bang Kristian dengan usaha mie Njritttnya yang pedis di pusat kota Maumere memang.
Bang Toufin relawan Caritas KWI yang juga pemateri berbagi kisah di meja makan tentang Kuasa Tuhan bekerja atas hidupnya yang lolos dari bencana Tsunami. Kisah bapak Yani yang selalu total dalam melayani di caritas Keuskupan Larantuka. Kisah Fyan dari Ruteng dengan belaskasihnya melayani kaum difabel. Kisah bang Kristian dengan usaha mie Njritttnya yang pedis di pusat kota Maumere memang.
Kisah-kisah seperti ini membuat para relawan semakin termotivasi untuk terus membantu masyarakat yang membutuhkan. Mereka sadar bahwa peran mereka sangat penting dalam membantu masyarakat yang terkena dampak bencana namun perlu ada ruang yang sengaja diciptakan agar bara semangat relawan itu tetap terjaga.
Pelatihan ini menjadi pengalaman berharga bagi para relawan Caritas Keuskupan Sedaratan Flores. Mereka tidak hanya memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru, tetapi juga membangun jaringan dan persahabatan dengan relawan lain dari berbagai keuskupan. Suatu ketika bencana itu datang, semua sudah siap.
Dengan demikian, pelatihan relawan Caritas Keuskupan Sedaratan Flores di Kemah Tabor Mataloko menjadi contoh inspiratif bagaimana kepedulian dan semangat kebersamaan dapat menjadi kekuatan dalam menghadapi situasi darurat.
Pelatihan ini menjadi pengalaman berharga bagi para relawan Caritas Keuskupan Sedaratan Flores. Mereka tidak hanya memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru, tetapi juga membangun jaringan dan persahabatan dengan relawan lain dari berbagai keuskupan. Suatu ketika bencana itu datang, semua sudah siap.
Dengan demikian, pelatihan relawan Caritas Keuskupan Sedaratan Flores di Kemah Tabor Mataloko menjadi contoh inspiratif bagaimana kepedulian dan semangat kebersamaan dapat menjadi kekuatan dalam menghadapi situasi darurat.
Terimakasih sudah menjadi bagian darimu semua orang-orang hebat. Terimakasih bang Rudy, bang Wahyu, bang Toufin, romo Marsel, romo Ben,romo Perno, romo Pey, Romo Reinard, bapak- bapakku semua yang hebat,ibu-ibuku yang tangguh, kakak-kakakku yang keren dan adik-adikku yang kece. Whoever you are, im your sister❤️
Mataloko dingin memang e.. 😉