Menyelami kapal Selam di Palembang

 Tidak pernah menyangka akan mendapatkan hal lebih dalam perjalanan ini. Bukan juga sebuah kebetulan namun dibalik semua ini tentu yang EmpuNya telah mengatur sedemikian rupa dan hanya saja titik yang saling mengaitkan setiap peristiwa itu yang belum mampu diselami secara pribadi.



Sumatera Selatan tepatnya di kota Palembang menjadi lokasi digelarnya jumpa Orang Muda Katolik seluruh Indonesia yang ketiga atau yang lebih dikenal dengan IYD III.


Bersama 40 peserta dari Ende,Ngada dan Nagekeo yang tergabung dalam Keuskupan Agung Ende, kami mendapat kesempatan istimewa dan berahmat. Memang ada banyak yang lebih berpotensi dari saya ataupun yang lainnya tapi saya percaya bahwa "Tuhan tidak pernah  meletakkan Salib di pundak yang salah".


Baru dua hari berada di wisma Atlet Jakabaring Sport City kami menanti acara puncak yang akan dimulai pada 26-30 Juni 2023 yang tentu akan sangat padat sejak bangun tidur hingga tidur kembali. Diskusi,dialog dan berbaga macam acara akan dilalui. Untuk mengenal lebih jauh tentang Palembang itu sendiri tidak masuk dalam agenda karena memang secara pribadi merasa bahwa tidak ada siapapun kenalan atau keluarga yang akan di kunjungi. 
Ternyata tidak demikian. Di Palembang ada om romo Eman yang berkarya di Keuskupan Palembang dan berdomisili di rumah Keuskupan, ada Suster Stefani di Biara Charitas, ada Carlos pemuda Langa yang sedang Studi disini dan kae Fian warga Jambi asli Langa yang bertugas di Palembang.


Usai merayakan Ekaristi minggu 25 Juni 2023 di paroki St.Paulus Plaju, makan bersama dan menari Jai, kae Fian datang menjemput sekaligus menjadi guide kurang lebih sehari keliling kota Palembang.


Perjalanan ini merupakan perjalanan rohani. Kami memulai dengan mengunjungi gereja Katedral Santa Maria Palembang dan disana ada romo Eman yang juga imam asal Langa yang punya peran penting di keuskupan Agung Palembang. Dari minuman luar negeri, ruang rapat hingga dapur dan kebiasaan dirumah keuskupan kami dapatkan langsung ceritanya dari orang yang sangat dipercaya keakuratan informasinya. Romo Eman sangat luar biasa. Lalu kami diarahkan menuju susteran Charitas di KM 7 untuk bertemu suster Stefani asli Langa juga. Belasan suster lainnya juga menyambut kami dengan sukacita. Sekejab langsung akrab. Rupanya video dan foto heboh saat menari di paroki Plaju telah tersebar di grup medsos Diaspora. Sungguh. Ini jauh dari dugaan. Keluarga diaspora di Sumatera ternyata memantau pergerakan semua peserta dan bahkan semua mendapat jadwal dari keuskupan untuk adorasi khusus kelancaran IYD III Palembang di JSC ini.
Kami selami Pempek Kapal Selam saat duduk ngobrol di ruang tamu dan bergeser ke meja makan untuk menyimak lebih dalam karya misi dari susteran ini. Para suster yang lebih banyak didominasi oleh orang Indonesia Timur ini berkarya di bidang kesehatan mulai dari pendidikan kesehatan,klinik dan lainnya.


Selanjutnya kami bergerak menuju MKB (Museum Kuto Besak). Kalau belum ke MKB berarti belum ke Palembang kata tour guide kami 😃.
Bersebelahan dengan MKB merupakan Jembatan Ampera yang menghubungkan ulu dan ilir yang terbelah diantara sungai Musi. Jembatan ini menjadi Icon nomor satu Kota Palembang.
Kami hanya berjalan disekitar tempat ini namun cerita kami keliling kemana mana. 


Mulai dari tambang pasir yang dikeruk dari sungai Musi. Siapa yang memiliki daerah pesisir sungai Musi berarti menjadi orang ngaruh ataupun kaya. Beberapa tahun sebelumnya Koran Palembang yang bila diperas mampu keluar darah, tempat ilegal pengedaran barang terlarang, bisnis kuliner yang sedang booming dan pojok pojok nongrong yang ada dimana mana, juga orang orang militansi yang memberi diri,tenaga dan kekayaannya untuk kebaikan bersama. Jembatan sungai Musi 6 yang menjadi Icon Wisata nomor dua di Palembang namun setelah diresmikan perlahan mulai hilang identitasnya.


Hal-hal remeh temeh yang menarik untuk digali seperti Ikan Blida yang tinggal patungnya saja. Ikan Blida adalah ikan Khas sungai Musi yang saat ini sudah langka karena sungai sudah sangat tercemar. Ikan Blida adalah Ikan termahal untuk bahan dasar pembuatan Pempek. Jalur kapal Batu bara dan pasar semua ada di samping jembatan Ampera, Arca Ganesha yang menjadi cerita sejarah pada zaman dahulu dan diabadikan patungnya di depan museum Sultan M.B II. Pertunjukan Festival Sriwijaya dengan kekhasan Klakar Betoknya. Pengalaman yang menarik dan tidak bisa di bayar.


Tima tii woso Tuhan untuk kejutan sebelum kegiatan IYD sesungguhnya. Tima tii woso kae Fian yang meskipun baru bertemu pertama kali di tanah rantau tapi total menjadi saudara dan guru tentang Sumatera Selatan. Pemberian diri yang menjadi contoh.

Tulisan ini hanya sebagai pengingat dan pemantik bila saya sudah mulai banyak lupa.


Salam Babe...( Bangkit dan Bergerak)


Isi Langa, 25 Juni 2023
****










Perlukah Memberhentikan pembangun Jalan Trans Di Bumi Papua

  Jalan Trans Papua adalah jaringan jalan nasional yang menghubungkan setiap provinsi di Papua, membentang dari Kota Sorong di Papua Barat...