OMK Ngada & Nagekeo Diskusi Film Filosofi Bambu

 


Sebanyak 113 orang muda Katolik Kevikepan Bajawa ( Ngada dan Nagekeo) berdiskusi tentang Film Filosofi Bambu di Kemah Tabor 17/12/2021.

Kegiatan diskusi film ini dikemas dalam rangkaian Temu Sobat Danke 2021 yang dihadiri oleh Vikep Bajawa RD. Daslan,  Ketua Tim Kepemudaan Keuskupan Agung Ende RD. Yanto Songka, Ketua Tim Kepemudaan Kevikepan Bajawa RD. Sony Lulu,  Ketua Divisi OMK Kevikepan Bajawa RD. Tomi Lele, anggota tim kepemudaan Mertin Lusi, Ayu Nau, Yancen Tena dan pengurus OMK paroki yang tersebar di Ngada dan Nagekeo. 
 Sejak 17-18 Desember 2021 para peserta yang terdiri dari pengurus OMK paroki sangat antusias mengikuti kegiatan. Mulai dari membahas tentang Apa Kabar OMK di paroki, sharing Keterlibatan OMK di dunia Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan Pariwisata hingga diskusi film Filosofi Bambu. 


Diskusi film ini dilakukan usai makan malam. Diawali dengan pemutaran film yang berdurasi 40 menit,kemudian dilanjutkan dengan pandangan dari peserta dalam merespon tayangan tersebut. 
Beberapa hal yang di angkat oleh peserta terkait isi film yang dikaitkan dengan isu strategis Muspas VIII ( Musyawarah Pastoral Keuskupan Agung Ende) yakni sebagai berikut


Paroki Inewea - Bajawa Utara. 
Apapun persoalan yang dihadapi dalam kehidupan berkeluarga jangan menghilangkan perikemanusiaan. " Ada nasi baku bagi, ada rokok baku sorong"

Terkait permasalahan yang terjadi ada cekcok yang luar biasa dalam kehidupan berumah tangga.   Ada kalimat  dari Molo ( Suaminya Bue)  " kamu tidak pernah sadar dengan apa yang sudah saya berikan".  Sebagai laki-laki jangan pernah melihat dari apa yang kita beri untuk bisa kita buat semena-mena, walaupun akhir-akhir ini,kita juga sepakat bahwa  segala segalanya butuh uang,namun kita diminta untuk peduli dengan perempuan karena perempuan itu merasa ditindas dan diskriminasi dan kita jangan cepat ambil kesimpulan terhadap persoalan. 
Jangan jadikan kaum hawa sebagai pemuas dikala dahaga / anak maen.


 Mataloko.
Sisi tanggungjawab sebagai laki - laki,  kalau berumah tangga laki-laki harus bertanggungjawab. 
Wisa nata rogho, apakah di gereja katolik sempat bicara tentang ini dan mohon penjelasan tentang  Anulasi itu di katolik. 

Aeramo.
Pesan dari film tersebut bertanggungjawab menjadi laki-laki maupun perempuan, harus bisa melindungi, mengayomi. Untuk OMK juga harus senantiasa mewarisi budaya dengan mencintai alam yang dipercayakan Tuhan untuk kita. Sebagai OMK harus bisa menjadi OMK bermanfaat bagi banyak orang, bisa menjadi garam dan terang.   Jangan cepat cepat mengambil keputusan untuk menikah muda, tidak masalah terlambat yang penting siap secara mental. 


Wolosambi. 
Memutuskan berkeluarga mesti mengenal lebih jauh pasangan sehingga saat menikah kita tidak mengenal orang baru tapi melakukan hal-hal baru bersama pasangan ini sehingga bisa menjadi berkat bagi orang lain. 
Budaya Bapo di Nagekeo menjadi penting hingga zaman ini. Kita orangmuda bisa menjadi mediator yang baik. Kita mesti belajar dari Filosofi Bambu meskipun tidak menjadi bambu yang luar biasa setidaknya menjadi yang sederhana. 


 Lindi. 
Menarik tentang film ini. Dari perspektif romantika orang muda hari ini laki-laki tidak cukup hanya bermodalkan ganteng atau cinta.  Sedangkan dari sisi Perempuan(Bue) hati wanita lautan terdalam.  
Dari perspektif budaya, bentuk kritik justru diskriminasi kaum adam seolah olah laki-laki sebagai sumber permasalahan dalam rumah tangga. Laki laki seolah sebagai aktor utama rusaknya rumah tangga. 
Film ini mengisahkan dengan berbagai karakter.
Untuk semua laki laki tugasnya adalah  membalikkan fakta yang tadi. 


Were
Kesimpulan setelah menyimak film tersebut yakni proses rumah tangga itu ada proses yang tidak dilewati dengan baik yakni tahap-tahap dalam jenjang rumahtangga. 
Konflik dalam rumah  tangga itu karena belum siap. 



Soa
Dari film tersebut ada hal yang disimpulkan yakni Segi komunikasi ada reaksi karena stimulus yang diberikan. Dalam sebuah keluarga cekcok itu pasti terjadi namun bagaimana membangun komunikasi yang baik dan akan menghasilkan dampak yang baik. 


Wekaseko. 
Komitmen itu hal utama dalam membangun rumah tangga,kematangan secara emosional.  Materi bukan jaminan dalam keharmonisan dan cinta juga bukan jaminan,  keduanya harus seimbang. Banyak teman-teman yang sudah menikah fakta yang kita hadapi itu menjadi ketakutan tersendiri buat kita. Persiapkan komitmen yang matang. 
Nata Rogho itu dari kacamata adil dan tidaknya itu seperti apa? Budaya? Agama pun demikian karena perceraian harus melalui proses anulasi. Perceraian adalah jalan negatif untuk menyelamatkan seseorang. 
Bambu itu untuk saat ini menjadi hal yang disepelekan atau dilupakan namun memiliki filosofi yang mendalam. Dan semoga kita bisa belajar dari bambu dna pada akhirnya mendapat jodoh yang baik. 



Wangka. 
Semua kita yang hadir disini ( OMK)  berada dalam fase pra berkeluarga. Kedua sikap orang muda dari rasa memiliki. 
Kesan bahwa hal yang perlu saya ingat yakni tanggungjawab. Wanita itu hadir untuk dihargai bukan untuk dinikmati. 


Mataloko. 
Perempuan dan laki laki yang menikah secara agama. Sebelum berbuat atau melangkah harus berpikir tentang konsekwensi kedepan yang akan terjadi. Jangan sampai menyesal kemudian. Sebuah perbedaan jaman dulu dan sekarang.
Tantangan terberat kita orang muda agar biasa membawa diri kita sendiri. 


Boawae. 
Cinta yang sesungguhnya adalah cinta dan mencintai (korelasi antara kaum adam dan kaum hawa).  
Hidupnya Molo berada dalam zaman modern.  Bue merasa kecewa dengan Molo dan terpaksa menyampaikan hal ini ke orangtua. Kita tidak perlu meniru sikapnya Molo, kita harus mampu mengontrol dengan baik. 
Segala sesuatu perlu ada perencanaan,  niat dan tulus dari hati. Ketika kita membuat keputusan tentang cinta kita perlu melihat hati kita. Harapan saya kita semua tidak seperti Molo.  
Antara Bue dan Molo sebenarnya adanya miskomunikasi karena tidak saling terbuka. 
Sekarang  ini,  banyak pasangan muda yang asal sikat saja yang penting cantik, body oke . Saya juga salut dengan orang generasi dulu yang rumah tangganya awet karena mereka melewati tahapan dan proses yang panjang sehingga mereka sangat awet. Sekarang kita sulit tanggungjawab dengan hidup dna pilihan kita. Kita mulai pengkaburan tentang norma-norma dalam kehidupan kita.  Anulasi itu pembatalan perkawinan. 
Sekali menikah satu untuk seumur hidup.


Aimere. 
Saya agak tidak setuju dengan yang hamil zaman dulu saat hamil rajin kerja dan lain-lain. Tidak setuju karena dulu angka kematian ibu dan anak sangat tinggi karena mereka tidak ke posyandu atau periksa kehamilan secara berkala. 

Kalau zaman sekarang Tahap Naa Boro ( Simpan mulut) tapi simpan burung 😀.


Kritik budaya bahwa kita boleh berpegang secara adat tapi dalam kondisi hamil, apakah dia akan memelihara anak sendirian,  dan lain lain. 
Molo dan Bue belum sampai pada tahap pendewasaan. 
Dalam percakapan Domi dan Lamber untuk peduli dengan alam,bisa menjadi bambu yang memiliki banyak manfaat. 



Boawae
Sebelum kejenjang yang lebih dalam kita mesti mengenal lebih jauh tentang pribadi tersebut. 

Aimere
Bangga dengan leluhur yang punya banyak kearifan lokal. Dan kita belajar dari alam. Hargai proses, proses saling mengenal pria dan wanita. Film ini mengajarkan kita bahwa kalau saya mau seperti Domi,hargai proses. Kalau tidak mau seperti Bue,hargai proses. 

Kalau jadi pria jadilah penampung seperti Bela. Cewek biar sangat cerewet tapi kalau laki laki hanya menampung maka perempuan akan tenang.
Saat ini Percuma di dunia maya teman ribuan orang tapi kalau latihan koor tidak bergabung, itu percuma. 



MBC
Alam membekali isi bumi dengan sederhana dan semegah megahnya. 
Dalam kemegahan generasi muda kiranya alam menyertai. 

Ende
Sabar, Kuat dan mengayomi. Kita perlu menjadi laki-laki yang bijaksana.  

 Danga. 
Pada kesempatan ini ada pesan kepada OMK yang katanya dilahirkan karena memiliki gagasan besar, ideologi dan lain lain. Kita jarang duduk bareng orang tua tapi bareng HP. 
Dua sisi positif ketika ada persoalan mereka mendekati orangtua tapi generasi kita itu pacaran curhat ke teman dekat bukan ke orangtua. 




***
Dan masih banyak lagi respon positif peserta terkait dengan pesan film Filosofi Bambu ini. 
Terimakasih untukmu semua.

Salam hormat, 
Mertin Lusi




Perlukah Memberhentikan pembangun Jalan Trans Di Bumi Papua

  Jalan Trans Papua adalah jaringan jalan nasional yang menghubungkan setiap provinsi di Papua, membentang dari Kota Sorong di Papua Barat...