Catatan ringan dari Puncak Ebulobo

Kau tidak Lemah kau hanya merasa lelah dan istirahatlah sejenak karena itu adalah bagian dari perjuangan. 

Merdeka! 
Merdeka! 
Barisan kata ini sering kita sebut saat menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya,  juga pada setiap 17 agustus sebagai tanda bahagia untuk ulang tahun kemenangan tanah air. Lebih dari itu kata Merdeka sangat jarang digunakan ataupun diperdengarkan. 
Kata Merdeka dalam kbbi berarti bebas. Bebas dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya).
Seperti yang berlangsung kemarin,  di moment 17 Agustus 2019, Indonesia bertambah usia kemerdekaannya menjadi 74. 74 tahun bebas dari para penjajah. Biasanya setiap warga negara baik perorangan maupun berkelompok memiliki caranya masing-masing untuk merayakan hari ulang tahun ini. 
Orang Muda Katolik Kevikepan Bajawa (OMK) - Keuskupan Agung Ende juga punya cara tersendiri untuk merayakan HUT RI ke 74. Sebagai orang muda, tentu semangat muda sangat berkobar.  OMK kevikepan Bajawa terdiri dari 35 paroki yang tersebar di kabupaten Ngada dan Nagekeo. Dua kabupaten ini juga merupakan kabupaten yang mayoritas penduduknya beragama Katolik.  Dan populasi manusia yang terbayak adalah yang berusia 13 -35 tahun.  Dan Usia ini masuk dalam kategori OMK, selain bagi yang sudah menikah.  Bayangkan saja,  bila usia ini bersatu bergandengan tangan untuk sebuah misi luar biasa.  Tentu hal hal besar yang menjadi penghalang mampu didobrak. Namun,  hal ini bisa terwujud bila semua elemen bergandengan tangan lebih erat, berdiri lebih kokoh,menatap lebih tajam,  mendengar lebih dalam dan bersuara lebih lantang. 
Kembali lagi pada perayaan HUT RI ke 74. 
OMK Kevikepan Bajawa yang tergerak hati untuk melakukan refeleksi kemerdekaan ini,  datang dan berkumpul di bawah tenda kuning bertiang bambu yang dibangun dengan semangat juang dan penuh ketulusan sahabat muda dari Mulakoli. 
Tenda sederhana dengan deretan speaker aktif yang membunyikan alunan musik " kaka Enda" dan sahabat lainnya ini tersirat makna yang sangat dalam. Betapa lelahmu dari lembah Maunori,  dari panasnya Ruto,  dinginnya Langa dan Bajawa,  Danga, Boanio,  Boawae maupun Ende terbayar lunas dalam senyum merekah. Sesederhana itu namun tak sederhana untuk dipecahkan secara nurani. 
Sejujurnya,  orang - orang di Mulakoli sangat tidak mengenal saya ataupun dirimu. Jika tidak dibawah garis kalimat OMK tentu saya dan dirimu bukan siapa siapa. 
Hanya karena wadah Orang Muda Katolik, hati yang semula dingin dan beku akan tergerak.  Dan Dia yang bekerja didalamnya. 
Awalnya,  kita hanya berdiskusi di grup whatsapp untuk merasakan sensasi di atas ketinggian 2124 mdpl itu. Diskusi itu hanya berlangsung tiga hari dan karena berjejaringlah,  terciptalah moment yang yang lebih dari ekspetasi semula. 
Saya, secara pribadi menaruh hormat kepada saudara Ketua OMK Paroki Wudu.  Bung Sotter yang walaupun dalam kesibukannya,  selalu menyempatkan diri untuk mengkomunikasikan segala hal bersama OMK Stasi juga para sesepuh di desa.  Sekali lagi,  saya garisbawahi komunikasi.  Komunikasi adalah bahasa yang paling ampuh untuk segala bidang dinyatakan berhasil sempurna ataupun gagal total.  Jika komunikasi yang dibangun dari pijakan keterbukaan hati yang tulus, hasilnyapun tidak akan menghianati.  Namun bila komunikasi yang dibangun ala kadarnya saja, kadar keberhasilanpun bisa terbaca jauh sebelum akhir kegiatan. Yaitu ketidakpuasan, ketidakberesan, kekecewaan, dan bahkan sakit hati. 
Tapi disini, Bung Soter telah berkomunikasi dengan sangat baik dan bung Soter sudah merebut dan menggenggam hati semua orang muda dan sesepuh di Mulakoli, sehingga sekalipun dia tak di tempat, acara berjalan baik adanya. 
Berikutnya bro Hery dan kawan kawan di Mulakoli.  Mereka dengan penuh kerendahan hati mau melayani setiap orang yang datang. Sekalipun bergerak dalam banyak kekurangan tapi kejujuran yang terpancar dari wajah mereka membuat setiap detik di tanah mulakoli sangat berarti bagi yang datang. Tentang kerendahan hati adalah hal nomor satu yang dijunjung oleh mereka. Apakah saya dan dirimu bisa seperti mereka?  Bisa ya , bisa juga belum tentu.  Ini hanya butuh refleksi yang lebih dalam dan terbuka. Angkat Topi untuk OMK Mulakoli, kalian guruku. 
Juga sahabat muda lainnya di Mulakoli yang menjadi tim sukses belakang layar. Maafkan kami yang tidak begitu detail mengenalmu lebih dalam. Kalian mengajarkan bahwa lebih baik bekerja dalam diam daripada berbicara banyak tapi hasilnya zero point zero.



Pada malam itu, kita datang secara tim dalam bingkai OMK Kevikepan Bajawa namun kemudian di titik start pendakian,  kita berjalan sendiri.  Berjalan membawa nama tim yang lebih kecil. Bukankah dalam bingkai yang lebih besar akan lebih mudah di dengar,  diperhitungkan untuk melesat lebih jauh dan lebih tinggi. Ataukah kita hanya mau sebatas begini saja. Berjalan sendiri memang mudah namun akan lebih luar biasa kalau kita mampu berjalan bersama orang lain,  saling mendukung dan bergandengan tangan untuk mencapai akhir yang indah.  


Refleksi saya yang mendalam tentang waktu keberangkatan ini sungguh sangat melekat dalam setiap perjalanan saya.  Saya hanya mencoba mengaitkan dalam ritme sebuah organisasi.  Entahlah organisasi apapun. Sebuah tim ini terlihat sangat solid dan kuat. Namun ternyata dalam roda perjalanan,  ada yang datang untuk numpang sampai tujuan tanpa melakukan apa apa, ada yang turut mendorong dari belakang,  ada yang menarik dari depan,  adapula yang sangat bersemangat namun kemudian pelan pelan mundur, ada juga yang datang dengan niat membubarkan. 

Terkadang disaat diskusi, anggukan lebih cepat dari kata ya namun beberapa jam kemudian situasi berubah signifikan.  Kita tidak pernah tau,  bahwa diseberang sana ada hati yang terluka karena kecewa.  Ada hati yang menangis karena menyadari dipermainkan.  Dan yang lebih pasti,  hati itu akan memperhitungkan secara diam diam untuk tidak mengandalkanmu lagi.  
Semoga saja tidak dengan kita yang sedang bersama dalam sebuah misi yang besar ini. 

Bagi saya,  Perjalanan menyusuri hutan liar hingga sampai kepuncak gunung adalah representasi perjalanan hidup sesungguhnya. 
Dalam perjalanan hidup ini,kita dipertemukan dengan orang yang semangat juang lebih tinggi dari kita ataupun sebaliknya,  ada yang menyerah dalam perjalanan,  adapula yang mendukung kita dengan sepenuh hati dengan sekedar berbagi amunisi ( air,jajan) yang adalah hal penting sebagai bekal hidup kita,  adapula yang membagi beban ( membawa tas / jaket/sepatu). Mereka berjalan bersama kita dan rehat bersama kita disetiap perhentian ketika kita sudah cukup jenuh dan bosan, padahal titik keberhasilan (puncak) sudah semakin nyata. 

Sebuah perasaan yang tidak mampu dilukiskan dengan kata kata ialah ketika kita tiba di  puncak dan memandang keindahan Tuhan yang hanya disuguhkan khusus untuk orang orang yang sungguh sungguh mau melihatnya. Ada banyak lukisan alam yang hanya bisa dinikmati oleh mata dan tidak bisa diabadikan dalam sebuah lensa kamera. Menjelaskanpun tidak mampu diwakili oleh kata.  Hanya bahasa standar " Amazing". Dan pegalmu juga lelahmu itu terbayar lunas. Makanya lahir sebuah kalimat andalan bahwa Hasil tidak mungkin menghianati proses. 
Dalam perjalanan pula,  kadang kita berjumpa dengan orang orang yang telah berhasil sampai puncak.  Namun setiap bahasa mereka terkadang tidak pernah tulus dalam mendukung perjalanan kita.  Bahkan sangat mengurangi semangat kita.  
" Ah... Masih jauh..." 
" percuma,  di puncak itu kabut"
"kok baru mulai,  kalian terlambat"
"ayo semangat,  dua jam lagi" 
Dan seterusnya. 
Ai,  padahal bahasa itu sedang tidak kita butuhkan sebagai pemula. Tapi nyatanya dalam hidup ini,  setiap usaha kita pasti akan disupport dengan bahasa yang hampir mirip oleh mereka yang telah berhasil. 
Hello...saya hanya mau bilang,  abaikan mereka... Selagi kita punya Guide anak tanah yang keseharian diseputar gunung itu,  yakinlah dia akan mengantar kita sampai ke puncak.  Sama seperti usaha kita,  ayo Andalkan Tuhan, yakin seyakin yakinnya bahwa Dia tidak akan tinggalkan kita,  Dia akan turut berhenti ketika kita lelah,  Dia akan bahagia kalau kita sampai ke Puncak meskipun kita kadang lupa berterimakasih. 

Di puncak juga,  kita pasti akan bergembira dan tidak sabar untuk berbagi kebahagiaan dengan orang yang tidak bersama kita.  Menulis salam di selembar kertas dan berharap angin menyampaikan pesan itu,  juga foto bersama sebagai bukti bahwa kita pernah berhasil bersama. 
Perjalanan menyusuri alam bebas dalah sebuah pelajaran dari Alam bagi setiap pribadi untuk menghargai diri sendiri,  orang lain maupun mencintai alam disekitar.  Semakin kita dekat dengan alam,  semakin kita dicintai oleh sesama kita karena kepribadian kita yang alamiah dan tentu kita belajar bersyukur atas anugerah Tuhan yang indah. 

Untuk orang-orang yang pernah berjalan bersama saya, terimakasih untuk kesabarannya, terimakasih sudah mendukung saya dalam merefleksikan perjuangan hidup ini. Semoga kita tidak lelah dan berlelah - lelahan.  Mari kita sampaikan kabar sukacita ke semua orang bahwa Naik Gunung,  menyusuri alam Liar adalah perjalanan menuju diri sendiri. 

Salam hormat dari kaki gunung Inerie.
Kapan kita kemana... 


AMDG



Perlukah Memberhentikan pembangun Jalan Trans Di Bumi Papua

  Jalan Trans Papua adalah jaringan jalan nasional yang menghubungkan setiap provinsi di Papua, membentang dari Kota Sorong di Papua Barat...